Senin, Januari 21, 2008

MATAHARI MENGELILINGI BUMI??

Sorotan Terhadap Buku Ahmad Sabiq.
(blog ini dimuat dalam 6x posting)
------------------------------------------
Pada Bulan Juni 2007M yang lalu di gedung Al-Mukhsinin Al-Khaerat Palu Sulawesi Tengah dilaksanakan acara Bedah Buku. Judul Buku yang dibedah adalah "MATAHARI MENGELILINGI BUMI, Sebuah Kepastian Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta bantahan terhadap teori Bumi Mengelilingi Matahari". Sebagai Nara Sumber utama ialah Utz. Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf, penulis buku itu sendiri. Buku tersebut diterbitkan oleh Pustaka Al-Furqon (Ponpes Al Furqon Al Islami, Srowo-Sidayu-Gresik). Sebagai Nara Sumber kedua, selaku pembanding didatangkan dari Universitas Tadulako seorang dosen Jurusan Fisika. Acara bedah buku tersebut menarik perhatian berbagai kalangan karena judul buku yang dibedah tersebut seolah merupakan sesuatu yang baharu. Utz. Syamsu Alam Ardamansa turut hadir sebagai peserta dalam acara itu dengan tujuan memberikan koreksi seperlunya. Pada kesempatan itu Utz. Ardamansa menyerahkan sebuah makalah kepada panitia dengan harapan bisa dibacakan tetapi mungkin karena keterbatasan waktu maka tidak sempat dibacakan.
Apa yang menarik dari buku Ahmad Sabiq? Berikut komentar utz Ardamansa.
Buku tersebut terbit dengan jumlah halaman 220 bolak-balik, cetakan keempat sebagai edisi revisi. Total isi berjumlah sembilan bab dilengkapi 78 rujukan daftar pustaka. Tetapi jumlah daftar pustaka yang ditampilkan tidak sebanding dengan isi buku. Terkesan Jumlah daftar pustaka lebih berbobot dari pada isi buku.
Apa kira-kira tujuan penulis menyajikan buku itu?
Ada 5 misi yang dikembangkan dalam buku itu; Ke lima misi itu pada dasarnya mengajak kaum muslimin berprilaku sesuai pola salafiyah. Sebagai contoh salah satunya, yakni: misi ke 5, mengajak kaum muslimin untuk memulai hidup baru dalam naungan manhaj (metode) Salaf Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Alhamdulillah.
Apa tujuan kita memuat batahan ini dalam sebuah blogger?
Niat kita adalah meluruskan isi buku bukan membantah. Jika pada judul bukunya digunakan kalimat ".......sebuah penafsiran berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah......" maka kita selaku Umat Muslim tidak perlu keberatan, no problem, karena kita diajarkan menghargai penafsiran atau pendapat siapa saja, sepanjang hal itu tidak bersifat penyesatan, penghinaan atau pelecehan. Tetapi disana tertulis kalimat "....sebuah Kepastian Al-Qur'an dan As-Sunnah......", ini kan merupakan kalimat penyesatan tanpa sadar. Bagaimana bisa ia pastikan, bukankah ia hanya menafsirkan atau hanya menyalin tafsiran orang lain lalu berkata ini sebuah kepastian Al-Qur'an dan As-Sunnah. Karena membawa nama Alqur'an itulah perlu kita koreksi, supaya diketahui oleh khalayak ramai bahwa dalam buku tersebut banyak terdapat kekeliruan yang dapat menyesatkan dan meremehkan kandungan Alqur'an sebagai kitab suci. Maka kepada khususnya Umat Muslim diserukan untuk melakukan tela'ah keritis terhadap isi buku itu sebelum menerima atau menolak pandangannya. Kepada umum non-Muslim yang telah membeli dan membaca buku itu; kami sampaikan maaf; sesungguhnya Alqur'an itu suci dan bersih dari cara berpikir Ahmad Sabiq yang terpola dalam penulisan buku itu. Jangan kiranya hal itu kemudian dijadikan bahan reference.
Sekalipun demikian usaha Utz Ahmad Sabiq tetap dihargai sebagai suatu upaya ijetihad sambil melakukan peninjauan kembali terhadap judul bukunya, sebagai bukti i'tiqad baiknya. Blog ini ditulis untuk maksud yang sesuai Misi Lembaga The House of Wisdom Palu, Indonesia.
Apa yang perlu disoroti dalam buku itu? Mari kita ikuti penjelasan oleh Utz Ardamansa selanjutnya.
Ya, karena judul buku berkaitan dengan isinya, maka isi buku itulah yang harus disoroti. Ada sejumlah kekeliruan dalam buku tersebut. Mulai dari kekeliruan mikro sampai kekeliruan makro.
Apa contoh kesalahan atau kekeliruan mikro itu?
Kekeliruan mikro biasanya dianggap sepele saja oleh penulis. Contohnya : penulisan kata "Alloh", seharusnya ditulis sesuai lafaz aslinya berbaris fathah. Tidak ada huruf "O" itu. Mengganti "Allah" menjadi "Alloh" adalah kesalahan fatal sebagai penghinaan tanpa sadar. Ketika dikoreksi dalam acara bedah buku itu, ternyata jawaban Ahmad Sabiq dalam melakukan penulisan buku itu, terkesan lebih mementingkan "kepuasan bathin dirinya dan kelompoknya", dari pada mengikuti keaslian lafaz "Alqur'an". Ulama mana dari kalangan salaf as-shalihiyn yang pernah mengajarkan adanya lafaz "O" itu? Inilah contoh kesalahan mikro dari pola pikir Ahmad Sabiq, yang berdampak tidak memurnikan ajaran Islam. Hal demikian jelas bertentangan dengan misi kedua dalam bukunya, "memurnikan syariat Islam dari segala bentuk syirik, bid'ah, dan pemikiran sesat". Bukankah mengganti kata "Allah" menjadi "Alloh" merupakan bagian dari menyisipkan "pemikiran sesat" yang tanpa disadari ?. Memang kita berusaha menuliskan penyebutan lafaz menurut kebiasaan dan kemampuan kita, tetapi penulisan jangan sampai merubah bunyi dasar lafaz asli. Sebagai contoh : kalangan Elit Arab di Palu kalau menyebut sabda Nabi SAW, begini bunyinya: "gaala Rasulullah", terdengar nada huruf "G". Tetapi tidak satupun dari mereka yang mengganti tulisannya sesuai bunyi yang mereka kehendaki. Kalau mereka tulis dalam Bahasa Indonesia tetap mengikuti lafaz aslinya yaitu: "Qaala". Huruf "Q" mengikuti huruf "Qaf". Ini yang kita sebut Ikhlash mengikuti keaslian lafaz Alqur'an.
Apa contoh kekeliruan makro dalam buku itu?
Kekelirun makro adalah kekeliruan dalam memahami dan menempatkan makna suatu kata yang menyebabkan penyimpangan makna kalimat secara utuh. Ini berdampak pada terjadinya penyimpangan makna ayat Alqur'an. Contohnya: ungkapan "RAWAASIYA" ( رواسي ) diterjemahkan begitu saja dengan arti "gunung-gunung". Padahal "gunung-gunung" atau "pegunungan" dalam bahasa sederhana adalah deretan keriput kulit bumi yang muncul dan terlihat di atas muka laut, dengan ketinggian bisa mencapai ribuan meter. Dan di bawah muka lautpun sebenarnya ada gunung-gunung itu. Untuk peristilahan "gunung-gunung" atau "pegunungan" Alqur'an menggunakan ungkapan yang lebih tepat : "ALJIBAAL" (الجـبال). Plural dari kata "JABALUN". Makna ungkapan "ALJIBAAL" tidak sama dengan "RAWAASIYA" dan tidak bisa seenaknya disamakan maknanya begitu saja. Kedua kata tersebut dalam Alqur'an sangat jauh berbeda maknanya terutama bila ditinjau dari sisi kebumian. Contoh Kesalahan ini mungkin disebabkan Ahmad Sabiq memang tidak memahami masalah kebumian. Dan ia bertindak hanya sebagai seorang penulis belaka, yang menyalin berbagai sumber sesuai pandangannya, tanpa analisa sedikitpun. Akibatnya bahwa Ahmad Sabiq mengajak pembaca bertaqlid, tanpa analisis. Hal ini bertentangan dengan qaedah Alqur'an Surat Isra' (17): ayat 36.
ولا تقف ما ليس لك به علم، إن السمع و البصر والفؤاد كل ألئك كان عنه مسئولا
Para pembaca disilahkan membuka Alqur'an sesuai petunjuk ayat tersebut.
-----------------------------------------------------------------
Dimana inti persoalan pembahasan Ahmad Sabiq berdasarkan judul buku?
Inti persoalan dari kajian Ahmad Sabiq dalam buku itu, adanya di bab 5 dengan judul "Matahari mengelilingi Bumi sebuah kepastian Al-Qur'an dan As-Sunnah serta kesepakatan para Ulama".
Entah mana yang dia maksudkan kesepakatan para ulama. Namun, Ahmad Sabiq terjebak dalam perdebatan antara penganut "heliosentris" dan "geosentris". Ternyata dia lebih berpihak kepada pandangan Aristoteles dan Ptolomeus dalam "geosentris" dengan perinsip bahwa "bumi adalah pusat jagad raya". Dan seolah menyalahkan penganut "heliosentris" yang diseponsori oleh Copernicus dan Kepler, yang menganggap bahwa "matahari adalah pusat jagad raya". Sayang sekali, jika dilihat dari halaman 105 s/d 113 dalam buku tersebut ternyata Ahmad Sabiq tidak mendapatkan informasi akurat tentang perkembangan ilmupengetahuan dengan kemajuan teknologi tentang antariksa atau alam makrokosmos. Ahmad Sabiq ketinggalan kereta yang membawa informasi itu. Bahwa kedua perinsip itu, baik "heliosentris" maupun "geosentris" telah ditinggalkan jauh sebagai kenang-kenangan historis. Dan kedua perinsip itu, ternyata tidak sejalan dengan Alqur'an. Ammaa ba'du. Bagaimana bisa Ahmad Sabiq, kemudian, begitu berani memaparkan bahwa itu pasti dalam Alqur'an ??? Keberanian Ahmad Sabiq memang melebihi dari argumen dan analisa yang dipaparkannya. Bahkan ia telah menertawakan dan menganggap lucu ajaran guru SD yang pernah mengajarkan paham "bumi mengelilingi matahari". (Lihat bukunya halaman 109).
Mari kita soroti pandangannya dalam bab 5 mulai halaman 114. Terdapat empat dalil yang dikemukakan untuk mendukung pandangannya bahwa "Matahari mengelilingi Bumi". Keempat dalil itu adalah sebagai berikut;
Pertama : Dalil bahwa bumi diam dan tidak bergerak
Kedua : Dalil bahwa matahari bergerak.
Ketiga : Kesepakatan para Ulama akan hal itu.
Keempat : Realita yang terpampang dihadapan kita.
----------------
Marilah kita soroti dalil pertama. Bahwa Bumi diam tidak bergerak.
Untuk memahami bahwa bumi diam dan tidak bergerak maka Ahmad Sabiq mengemukakan sejumlah 25 ayat Alqur'an dalam bukunya mulai halaman 114 sampai di halaman 127. Namun hanya ada 2 ayat yang menjadi sandaran utama dan perlu untuk kita komentari, yakni Surat Fathir (35):41 dan Rum (30):25. Ayat-ayat lainnya merupakan tambahan penjelasan terhadap kedua ayat tersebut. Yang kita soroti adalah cara dan analisa yang diterapkan Ahmad Sabiq terhadap kedua ayat itu.
Yang Pertama:
Mari kita soroti bagaimana pandangan Ahmad Sabiq terhadap ayat 41 Surat Fathir(35). Pada ayat tersebut terdapat ungkapan kata kerja "YUMSIKU" (يمـسـك) yang diartikan "menahan". Atas dasar terjemahan kata "menahan" tersebut dipahami oleh Ahmad Sabiq, bumi diam tidak bergerak. Kita kutip terjemahan buku itu selengkapnya. (Kata "Alloh" kita kembalikan menjadi "Allah"). "Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan bergeser, dan sungguh jika keduanya akan bergeser tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia itu Maha Penyantun lagi Maha Pengampun".
Berdasarkan pada pemahaman ayat tersebut maka Ahmad Sabiq mendakwahkan bahwa bumi diam tidak bergerak karena ditahan oleh Allah. Seandainya bumi bergerak mengelilingi matahari berarti dia bergeser dari satu tempat ke tempat lainnya, itu bertentangan dengan ayat di atas, demikian yng dipahami Ahmad Sabiq (dalam bukunya halaman 115).
Kalau dibayangkan, dari pemaparan Buku Ahmad Sabiq, posisi diamnya bumi, kira-kira maksudnya sama dengan "bola kaki" yang ditahan oleh penjaga gawang. Ini cuma perkiraan saja untuk menyimak maksud Ahmad Sabiq dalam buku itu.
Pada halaman 126 Ahmad Sabiq menampilkan ayat 65 Surat Al-Hajj (22), yang dijadikan sebagai pendukung. Pada ayat itu juga terdapat kata "YUMSIKU" diartikan "menahan". Kita kutip seperlunya terjemahan penggal ayat tersebut: "....... Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi. ....... dst".

 أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاء أَن تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ - 
Tetapi buku Ahmad Sabiq tidak membicarakan tentang makna "Yumsiku" lebih lanjut. Ia lebih berfokus pada posisi bumi, bahwa ayat tersebut menekankan makna posisi bumi sebagai pusat jatuh benda-benda langit. Oleh karena itu bumi tidak boleh bergeser. Karena kalau bumi bergeser, bagaimana bisa bumi jadi pusat jatuh; sedangkan ayat menyatakan bumi pusat jatuh. Inti pemahamannya bahwa bumi sebagai pusat jatuh tidak boleh bergeser dari tempatnya. Begitulah kira-kira maunya Ahmad Sabiq dalam memaknakan posisi bumi diam, tidak bergerak; melalui bukunya di halaman 126.
Ayat kedua:
Hal yang perlu disoroti terhadap pandangan Ahmad Sabiq tentang ayat 25 Surat Rum(30); ialah terdapatnya ungkapan "An-Taquwma" (أن تقوم) pada ayat tersebut. Lalu ungkapan kata itu diterjemahkan "berhenti". Mari kita kutip terjemahannya di halaman 116. "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah berhentinya langit dan bumi dengan izin-Nya....". Dengan menggunakan terjemahan "berhenti", maka Ahmad Sabiq memperkuat pendapatnya bahwa bumi berhenti, artinya tidak bergerak, diam, karena ditahan oleh Allah. Lagi-lagi keberanian Ahmad Sabiq lebih berbobot dari pada analisanya sendiri. Padahal kalau toh mau menggunakan Bahasa Indonesia dengan logika yang benar, sesuatu yang dikatakan "berhenti" itu pasti telah bergerak sebelumnya lalu berhenti. Bila dikembalikan maknanya pada kata aslinya maka "An Taquwma" artinya adalah "berdiri". Makna ayat 25 Surat Rum(30) yang sewajarnya adalah: "diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah "berdirinya" langit dan bumi dengan izin-Nya ......". Makna "An-Taquwma" dalam ayat itu ditujukan terhadap berfungsinya sistem bangunan langit dan bumi setelah dicipta. "An-Taquwma" merangkum makna "berfungsi setelah dicipta". Langit dan bumi "ada dan berfungsi". Itu terjadi dengan izin Allah. Jadi bukan berhenti dan diam.
----------------
Disini muncul lagi salah satu contoh kekeliruan makro dalam buku Ahmad Sabiq. Dan karena Ahmad Sabiq tidak bisa menggunakan analisa yang pas dan logis lalu dia lemparkan tanggung jawab itu kepada pendapat ulama terdahulu yang sejalan dengannya. Kemudian ditampilkan ayat 20 Surat Al-Baqarah(2) yang artinya menurut buku Ahmad Sabiq di halaman 116: ".....apabila gelap menimpa mereka, maka mereka berhenti......". Kata "berhenti" diterjemahkan dari ungkapan ayat "qaamuw".(قاموا) Ini dijadikan dalil pendukung oleh Ahmad Sabiq, memperkuat arti "berhenti" yang ia pasang pada ayat 25 Surat Rum(30). Alasannya ungkapan "qaamuw" yang terdapat pada ayat 20 Surat Al-Baqarah(2) di atas, berasal dari akar kata yang sama dengan ungkapan "takuwma" yang ada di ayat 25 Surat Rum(30) yang jadi pokok bahasan di atas, sehingga makna "taquwma" diartikannya "berhenti"; sebagaimana arti "qaamuw" yang juga diartikan "berhenti".
-----------------
Mari kita soroti makna "An-Takuwma", "Qaamuw", secara wajar. Kalau huruf "An" dilepas, maka bunyi ungkapan "Takuwma" (berbaris fat'hah) kembali ke dasar sebagai "Takuwmu" (berbaris dammah). Betul bahwa akar kata "Takuwmu" adalah (قام) "Qaama", "yakuwmu", "qawman", "Qaaiman", Qiyaaman", sama juga dengan "Qaamuw" yang ada di ayat 20 Surat Al-Baqarah(2) tersebut di atas. Tapi arti dasar dari kata-kata tersebut adalah "berdiri", bukan "berhenti". Coba artikan bunyi panggilan shalat ang dikumandangkan sesudah selesai azan: "Qad-Qaamatish-Shalaatu", (2x). Perhatikan pula bunyi hadist Riwayat Bukhary, Sabda Nabi SAW: "Janganlah salah seorang diantara kalian, minum sambil berdiri(قاءما) "Qaaiman". Kata "berdiri" terjemahan dari kata "qaaiman" yang ada di ujung hadist itu. Dalam Bahasa Arabnya, hadist itu berbunyi: "Laa Yasyrabanna Ahadun-Minkum Qaaiman". Jadi makna hadist sebagai ajaran akhlak, bahwa "minum sambil berdiri tidak etis". Jangan sampai diartikan "minum sambil berhenti....". Tambah lagi, perhatikan pula ayat 20 Surat Al-Muzzammil(73). Ayat itu menerangkan tentang sifat akhlak Nabi SAW. Bahwa Beliau bangun tengah malam berdiri melaksanakan shalatul-Lail. Dalam ayat itu digunakan kata: "Takuwmu" (dhamir anta) maknanya "berdiri". Coba kalau diartikan "berhenti". Wah.! gawat.
----------------------------
Mungkin, boleh saja kata "Qaamuw" (dhamir hum) diartikan "berhenti" sebagai makna alternatif sepanjang ada alasan (nahwu) dalam suatu susunan kalimat, yang membolehkannya. Tapi arti kata "berhenti" di ayat itu, sama sekali jangan dipahami "diam, kaku, tidak goyang-goyang, seolah-olah patung". Ini makna yang menyesatkan. Coba kita kutip secara utuh penggalan ayat 20 Surat Al-Baqarah(2) tersebut dalam Bahasa Indonesia: ".......setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan apabila gelap menimpa mereka, maka mereka berhenti....". Perhatikan secara seksama saudaraku. Kata "berhenti" (Qaamuw) dalam ayat itu diperhadapkan dengan kata "berjalan" (Masyaw). Secara logika kalau ada orang berjalan di bawah sinar terang pada malam hari, tiba-tiba gelap, maka dia tidak akan berjalan khawatir (misalnya) masuk lubang. Maka ia akan berbuat sesuatu, ia berdiri sejenak, berhenti dari berjalan. Begitulah makna "berhenti" pada kata "Qaamuw". Bukan bermakna diam, tidak goyang-goyang, kaku mirip patung. Paham yang begini harus diluruskan. Kenapa??. Karena Ahmad Sabiq menggunakan makna kata "berhenti" (yang diterjemahkan dari kata "Qaamuw", "takuwmu") sama dengan diam, tidak bergerak, lalu digunakan untuk mendukung pikirannya, bahwa bumi itu diam, tidak bergerak, tidak beredar, tidak berotasi, untuk memperkuat argumen bahwa bumi sebagai pusat jagad raya. Ini cara tafsir yang curang. Ini contoh bentuk kekeliruan makro yang berakibat menyelewengkan makna ayat secara utuh tanpa sadar.
Astagfirullah wa nauwzu billah.-----------------------------
Bagaimana sesungguhnya penempatan makna "yumsiku" di Surat Fathir(35) ayat 41 dan ayat lainnya, yang berhubungan dengan posisi bumi ??
Sesungguhnya bila kita berupaya menghayati arti kata "Yumsiku" pada ayat tersebut di atas, ya, maknanya memang bisa diartikan "menahan". Tetapi bukan berarti tiada pergerakan sama sekali. Ketika dikatakan benda-benda langit ditahan supaya tidak jatuh ke bumi, apakah benda-benda langit itu tidak bergerak sama sekali, diam membisu??
Demikian halnya dengan bumi kita ini, apakah bumi diam membisu tiada pergerakan sama sekali, hanya lantaran dipahami "Allah menahan bumi", dengan kata "YUMSIKU"??
Mari kita buka ayat lainnya dalam Alqur'an, yang tiada tercantum dalam buku Ahmad Sabiq.
Kata "YUMSIKU" terdapat juga dalam ayat 79 Surat An-Nahl(16); dan pada ayat 19 Surat Al-Mulk(68). Dikatakan pada kedua ayat itu bahwa burung-burung terbang di angkasa. Bahwa Allah jualah yang "menahan" mereka, sehingga burung-burung itu dapat terbang bebas mengepakkan sayapnya, melayang-layang di angkasa.
Pada kedua ayat tersebut, bisa juga digunakan arti kata "Yumsiku" itu sama dengan "menahan". Tapi bukan berarti burung-burung itu diam tidak bergerak sama sekali. Disinilah diperlukan pendalaman makna ayat secara wajar.
Alqur'an adalah wahyu, sekalipun diturunkan berbahasa arab, namun tolok ukur pemahamannya adalah sebagai bahasa wahyu. Alqur'an bukan dari omongan orang arab. Nabi Muhammad SAW, ketika melafazkan ayat Alqur'an itu tidak sembarangan. Oleh karena itu bukanlah sekedar analisa struktur dan tata bahasa arab yang diperlukan. Harus ada alat lainnya.
-----------------
Benda-benda langit termasuk bintang-bintang, matahari kita, meteorit, planet-planet, tetap bergerak, seperti halnya burung-burung yang terbang di angkasa bebas. Semuanya ditahan ("Yumsiku") oleh Allah sehingga dalam pergerakannya ia aman, seimbang, tidak saling tabrakan, atau melenceng dari garis orbit yang sudah ditetapkan baginya masing-masing. Demikian pula planet bumi ditahan agar tidak meleset dari garis orbitnya ("Yumsiku ..... an-Tazuwla"). Ungkapan "An Tazuwla" sama sekali bukan berarti tiada bergeser, lalu menjadi kaku, diam membisu.
----------------------
Mari kita simak contoh maknanya berikut ini. Ketika seseorang ayah mengajar pertama kali anaknya belajar naik sepeda, sang ayah berusaha mengajarkan keseimbangan. Selanjutnya, sang ayah berupaya menahan agar sepeda selalu dalam posisi keseimbangan, sehingga sang anak dan sepedanya tidak melenceng, yang dapat mengakibatkan dia jatuh. Itulah contoh penempatan makna kata: "Yumsiku ........... An-Tazuwla", yang harus diterapkan terhadap posisi bumi. Karena Allah menahan bumi dengan kekuasaanNya, maka bumi tidak akan menyimpang dari garis orbitnya, kecuali atas izinNya.
------------------------------------Bagaimana mekanisme bumi ditahan (yumsiku) agar tetap seimbang dalam posisi orbitnya??Tentang posisi bumi yang tersebut di dalam Alqur'an Surat Fathir(35) ayat 41: ".......yumsikus-samaawaati wal-ardha An Tazuwla...."; seharusnya dimaknai dengan pengertian "bahwa Allah Yang Maha Kuasa, menahan langit dan bumi agar tidak tergeser dari tempat orbitnya". Bukan dipahami "Allah menahan langit dan bumi supaya tidak bergeser (diam tak bergerak)".
Mekanisme apa yang diciptakan Allah membuat bumi dapat tertahan untuk bergeser dari tempat orbitnya?? Disinilah fungsi kedudukan ayat-ayat yang menyatakan adanya sesuatu yang dinamakan: "rawaasiya", yang ditempatkan di bumi. Ungkapan "rawaasiya" tersebut dalam Alqur'an itu bukanlah "gunung-gunung", sebagaimana terjemahan salah satu ayat Surat Fushshilat (41):10; dalam buku Ahmad Sabiq diterjemahkan: "Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh dari atasnya......" (halaman 120).
Makna sewajarnya : "dan Dia jadikan di bumi itu rawaasiya dari atasnya .....". Penyebutan Alqur'an: "wa ja'ala fiiy haa rawaasiya min fawqihaa". Mari kita rinci: wa ja'ala (Dia jadikan); fiiy haa (padanya/maksudnya di bumi); apa yang dijadikan di bumi?? ialah: rawaasiya (jangan diterjemahkan dulu); min fawqihaa (dari atasnya).
Jadi, menurut ayat tersebut bahwa, sesuatu hal yang membuat bumi dalam posisi seimbang tidak melenceng, ialah adanya "rawaasiya" yang ditempatkan di bumi. Dalam ayat tersebut berbunyi: "rawaasiya min fawqihaa". Ungkapan "min fawqihaa" dapat diterjemahkan: "dari atasnya". Terjemahan "dari atasnya" bermakna "dari luar bumi". Lalu di tempatkan di bumi. Untuk apa ?? ya, untuk menjaga bumi agar seimbang.
Jika ayat tersebut dipahami dengan makna yang wajar, maka "rawaasiya" itu adalah sesuatu (gaya) yang diberikan Allah untuk menahan bumi dalam posisi edarnya agar tetap seimbang. Itulah makna "Yumsiku .......... wal-Ardha An Tazuwla". Begitulah bahasa Alqur'an, itu adalah bahasa wahyu, bukan omongan manusia, sekalipun menggunakan Bahasa Arab. Jadi kata "rawaasiya" itu tidak tepat diartikan "gunung-gunung". Dalam bahasa Alqur'an "gunung-gunung" adalah "al-jibaal". Ini memang arti yang lebih tepat.
Adakah perbedaan pengertian antara "rawaasiya" dan "al-jibaal" ??. Ya, Perbedaan itu ada dalam hal wujudnya; bagaimana perbedaan wujud itu kita pahami.
Pertama:
"Al-jibaal" atau gunung-gunung itu melekat di bumi, wujudnya ril terlihat. Sedangkan "rawaasiya" adanya diluar bumi. Wujudnya ril tapi tidak terlihat oleh mata kepala.
Kedua:
"Al-jibaal" adalah keriput kulit bumi, yang merupakan lapisan terluar, dengan ketebalan mencapai ribuan meter. Sedangkan "rawaasiya" sebagai gaya pembingkai bumi dengan kekuatan dan kemampuan yang dahsyat.
Apa persamaan Rawaasiya dan AlJibaal??
Keduanya mempunyai persamaan dalam hal fungsi, yaitu melindungi bumi. Tapi masing-masing mempunyai tugas pokok sendiri.
Apa tugas pokoknya dalam melindungi bumi??
Al-jibaal berfungsi melindungi bumi, mengurangi risiko "hancur" akibat tabrakan benda-benda langit dari luar bumi. Minimal bumi jadi bopeng sajalah. Rawaasiya juga berfungsi melindungi bumi, tetapi difokuskan menjaga keseimbangan bumi, agar tetap dalam posisi edarnya, menghindari risiko "tergeser" akibat tarikan gravitasi benda langit yang lebih besar, termasuk gravitasi matahari. Ataupun risiko "melenceng" akibat terdorong oleh tabrakan dari benda-benda langit yang lebih kecil, seperti meteorit. (Sekedar catatan: bahwa dalam bahasa antariksa "meteor menabrak bumi", itu artinya dalam bahasa kita "meteor jatuh ke bumi").
Apa manfaat keduanya?
Al-jibal (gunung-gunung) sebagai lapisan kulit bumi terluar, diciptakan Allah bermanfaat untuk kepentingan penghuni bumi, dimana manusia sebagai salah satu penghuni yang diberi posisi sebagai khalifah di bumi. Aljibaal terdiri atas lapisan-lapisan startigrafi, banyak mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk kehidupan manusia. Dibagian lapisan paling luar terdapat berjuta-juta pepohonan dan tanaman hijau lainnya, yang berfungsi sebagai sarana pendukung berlangsungnya proses fotosintesis, dimana unsur oksigen (O2) dihasilkan dalam jumlah yang melimpah diperlukan untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Manfaat rawaasiya sebagai nikmat yang sangat berarti bagi manusia dan penghuni bumi lainnya. Penghuni bumi boleh tinggal seenaknya di bumi, tidak terlempar ke luar bumi, sekalipun bumi itu berotasi. Manusia boleh kesana kemari, lompat, jungkir balik, naik pesawat, namun tetap dalam wilayah bumi. Demikian adanya awan-awan, yang melayang di atas kita, membawa berkah air sebagai hujan. Namun awan-awan itu masih dalam wilayah bumi pada lapisan angkasa bumi yang paling rendah sekitar 1000 s/d 2000 meter dari muka laut. Posisi awan tertinggi bisa mencapai 12.000 meter diatas muka laut, awan demikian dikenal dengan nama Awan Cirrus. Pesawat terbang bisa melayang lebih ke luar atau lebih tinggi sedikit dari posisi awan cirrus itu. Wilayah bumi terluar mencapai lebih dari 800 km dari muka laut.
Kenapa lapisan angkasa yang tebal itu tidak lepas dari bumi?? Ya, semuanya itu, karena adanya "rawaasiya" sebagai pemberian Allah untuk bumi, dan kita manusia menikmatinya. Dengan rawaasiya, bumi dapat berputar disumbunya (rotasi) 1x24 jam, sekaligus bergerak mengedari matahari (revolusi) 1x dalam satu tahun. Pada dalil keempat kita akan buktikan masalah ini.
Sangat mudah bagi Allah mengatur semuanya itu. Allahu Akbar, Subhanallah !!
--------------------------------------
Mari kita Soroti dalil kedua. Bahwa Matahari itu bergerak.
Pada halaman 130 sampai 134, dalam buku tersebut langsung dimunculkan sebuah sub-judul : "Matahari Berputar Mengelilingi Bumi". Lalu ditampilkan sejumlah 8 alamat ayat Alqur'an sebagai dalil untuk mendukungnya. Agar pembaca dapat membuka alamatnya dalam Alqur'an, berikut ini kita tuliskan alamat tersebut, yakni: al-baqarah(2)/258; al-an'am(6)/78; al-kahfi(18)/17; al-anbiya'(21)/33; al-a'raaf(7)/54; az-zumar(39)/5; as-syams(91)/1-2; dan Yaasiin(36)/38-40. Jumlah seluruhnya ada 11 ayat. Tetapi dari sejumlah ayat-ayat Alqur'an yang ditampilkan itu tidak satupun yang tertera secara qathi' / pasti, menyatakan bahwa "matahari itu benar-benar bergerak mengelilingi bumi". Melainkan tafsiran belaka. Mungkin, dalam benak Ahmad Sabiq, lantaran bumi diam tidak bergerak, lalu ayat Alqur'an menyatakan matahari bergerak, terbit di timur dan terbenam di barat, maka muncullah tafsiran bahwa matahari itulah yang bergerak mengelilingi bumi, karena bumi itu dianggapnya diam tak bergerak sama sekali, sebagaimana keinginannya pada dalil pertama yang sudah kita soroti.
Ketahuilah wahai saudaraku, tanpa memahami ayat-ayat Alqur'an pun, bukankah ternyata Aristoteles dan Ptolomeus, sudah berpikir seperti itu ?! Bahwa bumi menjadi pusat edar, matahari dan benda-benda langit lainnya beredar mengelilingi bumi (paham geosentris)!! Apakah buku Ahmad Sabiq itu kemudian diterbitkan dengan maksud berusaha membangkitkan pola pikir Aristoteles untuk menafsirkan ayat Alqur'an tentang hal ini??. Nauwzubillah.
Mari kita kutipkan salah satu terjemahan ayat dalam buku Ahmad Sabiq, halaman 134, [Surat Yaasiin(36) ayat 38] :"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa serta Maha Mengetahui". Silahkan para pembaca membuka sendiri ayatnya. Dalam hal ini Ahmad Sabiq sendiri menerjemahkan "Dan Matahari berjalan di tempat peredarannya". Bukan "Matahari berjalan mengelilingi bumi".
Kitapun sangat setuju, bahwa ayat 38 dari Surat Yaasiin tersebut jelas sekali menunjukkan bahwa "Matahari berjalan di tempat peredarannya", sebagaimana terjemahan Ahmad Sabiq. Dalam ayat itu diungkapkan kalimat: ".............. Tajeriiy Li-Mustaqarrin Lahaa". Tetapi jangan kemudian diselewengkan maknanya menjadi: "berputar mengelilingi bumi", sebagaimana sub-judul yang diinginkan Ahmad Sabiq. Itu, kan hanya penafsiran. Sama sekali tidak ada satupun ayat Alqur'an menyatakan seperti itu. Jadi tidak boleh dinyatakan sebagai "sebuah kepastian", sebagaimana tertulis pada judul buku. "Matahari Mengelilingi Bumi, sebuah kepastian Al-Qur'an dan As-Sunnah ........".
Ambil contoh kalimat bandingan: "Shalat lima waktu itu wajib bagi kaum Muslimin, sebuah kepastian Al-Qur'an dan As-Sunnah...". Kalimat ini jelas dalilnya, ada ayatnya, juga hadistnya, tidak perlu ditafsirkan. Ini yang namanya "sebuah kepastian". Tapi kalimat "Matahari mengelilingi Bumi" bukanlah "sebuah kepastian", hanya sebuah tafsiran terhadap ayat Alqur'an, kebetulan cocok (atau dicocokkan??) dengan paham geosentris.
--------------------------------------------------------------Kesepakatan para Ulama (dalil ke tiga)Dalil ke tiga ini tidak signifikan untuk disoroti karena dalil pertama dan kedua sudah cukup menjadi sandaran. Semoga para ulama salaf yang dipaparkan dalam buku tersebut Termasuk Ibnu Taimiyah Rahimahullah, tetap dalam naungan rahmat dan magfirah Allah SWT. Mari kita bersikap sesuai hadist Nabi SAW. Bahwa kalau mereka benar dalam hal itu, maka mereka menerima 2 pahala. Satu atas jerihpayahnya, dan satu lagi atas hasilnya yang benar. Tapi kalau mereka tersalah, tetaplah mereka mendapatkan satu pahala dari Allah SWT. atas upaya ijetihadnya, Amien.
Dalam masalah ini, kita tidak boleh hanya membenarkan dan taklid belaka, tidak juga hanya menyalahkan. Pendapat mereka perlu dikoreksi bukan diwarisi. Itulah antara lain makna yang dikehendaki dalam maksud ayat 36 Surat Isra"(17).
-----------------------------------------
Mari Kita Soroti dalil ke Empat. Mengenai Fakta apa yang kita hadapi.
Dalil ke empat dikemukakan Ahmad Sabiq adalah Fakta yang ia lihat sehari-hari yang membuktikan pendiriannya. Fakta tersebut ada dua kejadian yaitu:
1. Matahari terbit di ufuq timur, bergerak ke barat lalu terbenam diufuq barat. Sebagai bukti bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi.
2. Awan di langit, bergerak kadang ke timur, ke barat, ke utara dan ke selatan. Menunjukkan diamnya bumi, tidak bergerak. Gerak awan tersebut dijadikan dalil fakta oleh Ahmad Sabiq, bahwa bumi tidak berotasi.
Kalau mau diikuti cara berpikir seperti ini, maka perhatikan kisah sepasang burung merpati peliharaan Kapten Kapal Tampomas (dahulu). Burung itu terbang berkeliling dalam ruang rest. Menarik perhatian hadirin penumpang yang ada disitu. Pasangan merpati itu terus melayang sampai beberapa jam, berduaan, bermesraan, tanpa menyentuh lantai. Membuat siapapun melihatnya merasa kagum. Burung itu ternyata cukup cerdas. Tidak sia-sia kapten Kapal Tampomas memeliharanya, sebagai hiburan yang menemaninya selama dalam pelayaran. Kita tidak akan terpaku pada kisah burung itu. Tetapi mari kita pinjam cara pikir Ahmad Sabiq. Apakah selama beberapa saat merpati itu terbang tidak menyentuh lantai kapal, dapat di katakan sebagai bukti bahwa pada saat itu kapal tidak bergerak?? Seperti halnya para penumpang yang hilir mudik kesana kemari berjalan di kapal yang sedang berlayar. Tentu kalau ada semut atau kecoa di kapal yang melihat penumpang kesana kemari, akan berpikir seperti cara Ahmad Sabiq, bahwa kapal tidak bergerak. Kapal sedang berhenti. Karena orang-orang yang dilihatnya, ada yang bergerak ke utara, selatan, timur, barat. Begitu juga burung yang ia lihat terbang kesana kemari.
Kedua fakta diatas menjadi gambaran dalam benak Ahmad Sabiq Lalu dituangkan di halaman 148 dalam bukunya, melalui sub-judul:
"Sebuah Kenyataan yang terpampang di hadapan kita".Sayang sekali jika wawasan Ahmad Sabiq bersama kelompoknya hanya sampai disitu. Seharusnya, ia berusaha mengikuti petunjuk Alqur'an yang tertera secara implisit dalam Surat Ali 'Imran(3) ayat 190-191; sehingga mendapatkan gambaran lengkap dan menyeluruh, bukan gambaran sepotong-potong / parsial.
Mari kita ajak Ahmad Sabiq bertafakkur sejenak. Perhatikan fenomena alam yang merupakan fakta nyata, terlihat sehari-hari, tanpa alat teknologi, hanya diperlukan sedikit perenungan dan analogi, untuk menambah wawasan, agar lebih komprehensif, holistik, tidak picik.
Mari renungkan fakta-fakta berikut:
--------------
(1). Perhatikan gerak bulan (qamar) pada malam hari. Pertama muncul dari barat berbentuk sabit, sesaat setelah matahari terbenam. Lalu bulan ikut terbenam juga di barat, hanya selang beberapa saat pada malam itu juga. Ini disebut tanggal satu Bulan Qamariyah. Selanjutnya besok malam, terulang lagi muncul dalam bentuk sabit hanya sedikit lebih besar, dengan cara pemunculan seperti itu juga. Disebut tanggal dua. Dan seterusnya setiap malam, seperti itu. Setelah masuk tanggal 15 bentuknya bulat sempurna. Selanjutnya kembali tanggal 16, seterusnya, mulai mengecil berbentuk sabit pula, hanya dalam posisi sabit terbalik di banding posisi pemunculan sabit sebelumnya, sampai kecil tipis lalu tibalah suatu malam yang gelap tanpa pemunculan bulan sama sekali, kemudian muncul lagi pada malam berikutnya dengan perulangan seperti pertama. Ini adalah kenyataan. Dalam Surat Yaasiin(36) ayat 39, tempat pemunculan bulan seperti itu disebut "manzilah". Sedangkan bentuknya disebut "Ahillah" (hilal-hilal) oleh ayat 189 Surat Albaqarah(2). Dari kenyataan tersebut ada 3 fakta yang perlu direnungkan oleh Ahmad Sabiq bersama kelompok Salafiyahnya. Agar sejalan dengan missinya yang ketiga menghidupkan metode ilmiyah, tetapi tak perlu bertaqlid pada pendapat ulama benuman lama kalau ternyata tidak sesuai dengan fakta.
(a). Kenapa Bulan Purnama pemunculannya hanya sekali dalam satu periode bulanan. Padahal kalau matahari mengelilingi bumi 1x24 jam dan bumi diam saja ditempatnya, seharusnya setiap malam muncul bulan purnama. Bukankah munculnya purnama adalah disebabkan bulan menerima cahaya matahari penuh dan memantulkannya ke bumi. Pada saat itu posisi ketiga benda langit itu selurus dimana bumi berada di tengah, sedang bulan dan matahari masing-masing pada posisi sebelah menyebelah berhadapan. Bagian bumi yang terkena cahaya matahari penuh disebut mengalami siang hari. Bagian bumi lainnya mengalami gelap tanpa cahaya matahari di mana bulan terlihat purnama dari wilayah yang gelap malam itu.
(b). Seperti halnya bagian (a) di atas, pada saat posisi ketiga benda langit itu selurus tetapi bulan di tengah. Pada daerah bumi yang mengalami malam sangat gelap hanya bintang-bintang yang terlihat tanpa bulan. Keadaan mana dikenal dengan sebutan bulan gelap. Kenapa hanya terjadi sekali saja dalam periode satu bulanan (syahar)?
(c). Perhatikan urutan pemunculan yang berbentuk sabit setiap malam (hilal). Coba renungkan bagaimana cara pemunculan hilal itu. Apakah hal itu bisa terjadi jika matahari mengelilingi bumi 1x24 jam, dan bumi tinggal diam, tanpa gerak rotasi, tanpa gerak revolusi??.
----------------
(2). Tentang gerak matahari dan gerak bulan, informasinya berada 1 paket dalam Surat Yaasiin(36) ayat 38, 39 dan 40. Matahari bergerak ditempat peredaran yang ditentukan baginya. Bulan telah ditetapkan tempat-tempat munculnya dari sabit kecil jadi purnama kembali ke sabit kecil. Matahari tidak akan mencapai bulan, demikian halnya malam tidak akan melombai siang. Masing-masing berjalan di falak sesuai garis edarnya. Ayat ini sekaligus mengoreksi perinsip "heliosentris". Tetapi sama sekali tidak membenarkan perinsip "geosentris". Ayat ini menyampaikan fakta yang ada, untuk direnungi. Gambaran malam dan siang yang disebutkan di ayat 40, menunjukkan situasi yang di alami di bumi.
--------------------------
(3). Kalau diperhatikan kenampakan bulan yang terlihat oleh mata kita di bumi, pertama kali terbit dari ufuq barat dalam bentuk sabit hanya dalam beberapa saat lalu terbenam lagi di ufuq barat, bukannya muncul dari timur lalu terbenam di barat. Padahal Ahmad Sabiq juga tahu bahwa bulan itu mengelilingi bumi dari timur bergerak ke barat, seperti penjelasannya ketika acara bedah buku, di Palu. Nah, kalau -dimisalkan- matahari juga mengelilingi bumi dari timur ke barat seperti keinginan Ahmad Sabiq, berarti sama keadaannya dengan bulan. Kenapa cara terbit matahari dan bulan tidak sama. Bagaimana penjelasan tentang kedudukan bulan dan matahari, dengan berdasarkan perinsip bumi diam ditempat ??
-----------catatan:
Suatu hal yang tidak boleh dilupakan disini bahwa matahari itu memancarkan cahayanya sendiri, sedangkan bulan hanya menerima cahaya matahari lalu memantulkannya ke sekitarnya, dan bulan itu terlihat dari bumi karena cahaya yang dipantulkannya sampai di bumi. Alqur'an Surat Yunus(10) ayat 5, menyebutkan faktanya: "Asy-Syamsa dhiyaa'aa" , "Al-Qamara Nuuraa". Selanjutnya, kedudukan bulan dengan bentuk sabitnya yang disebut "hilal" dan cara terbitnya yang disebut "manzilah"; digunakan untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (hisab). Ini pernyataan Alqur'an dan faktanya memang begitu. Tetapi jika dianggap benar-benar bahwa bumi diam tidak bergerak, coba tunjukkan bagaimana mengetahui bilangan dan perhitungan tahun. Mungkin jawabannya seperti keinginan Ahmad Sabiq bahwa "itu hanya masalah teknis saja". Disinilah letak kesalahannya yang sangat fatal. Bukankah masalah teknis dalam hal ini berasal dari perinsip awalnya, atau philosofinya.
------------------Cara berfikir demikian bandingannya sama dengan berfikir tentang masalah shalat. Mungkin ada orang yang menganggap mengenai tatacara shalat itu hanya masalah teknis belaka. Sama juga dengan penulisan "Allah" digantikan dengan "Alloh". Semua Itu hanya masalah teknis belaka. Cara berpikir seperti inilah yang sering mengacaukan sistem Syariat Islam yang sebenarnya.
(4). Perhatikan bahwa setiap Bulan Desember matahari berada di posisi daerah selatan. Pada Bulan Juni kembali matahari berada di posisi daerah Utara. Ini berulang setiap tahunnya menurut pandangan kita dari bumi. Jika dibenarkan bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, maka berarti lintasan gerak matahari menyerupai bentuk lingkaran spiral subreker motor. Benarkah??. Hal demikian sama sekali tidak benar, karena kedudukan bulan dengan manzilahnya serta pembentukan sabitnya yang bertahap, tidak membenarkan pandangan itu. Demikian juga kenampakan fisik bulan purnama setiap bulannya, baik pada Desember maupun Juni dan bulan lainnya, tidak dapat dijelaskan dengan perinsip matahari mengelilingi bumi.
(5). Fakta lain tentang gerhana matahari. Ternyata lintasan daerah yang dilalui bayangan gerhana matahari selalu berbeda setiap kali terjadi gerhana matahari tersebut. Ambil contoh data gerhana matahari Bulan Oktober 1976 daerah yang dilewati adalah Australia, Afrika Timur, panjang sekitar 200 km. Pada Bulan Oktober 1977 daerah yang dilalui adalah Amerika Tenggara, dengan lintasan kira-kira 100 km. Contoh lain pada Bulan Pebruari 1979 daerah yang dilalui Amerika Utara. Pada Bulan Pebruari 1980 daerah yang dilalui Asia Selatan ke arah Afrika. Satu lagi contoh, pada bulan Nopember 1984 daerah yang dilalui daratan New Guinea. Pada Bulan Nopember 1985, daerah yang dilalui Lautan Fasifik Selatan. Mari renungkan, kalau ternyata bumi itu diam saja di tempatnya, mestinya daerah yang dilalui bayangan gerhana matahari tidak berubah.
(6). Setiap malam kita pandang ke langit gelap, terlihat bahwa gugusan bintang juga bergerak dari timur ke barat, dan terbenam di ufuq barat. Besok malamnya terbit lagi di ufuq timur. Namun setelah berlangsung selama satu periode bulanan gugusan bintang itu berganti komposisi. Susunan bintang-bintang di langit pada malam hari, setiap 1 periode bulan selalu berganti. Misalnya pada Bulan Maret tidak sama susunan bintang-bintangnya bila masuk pada Bulan April. Bisakah dijelaskan dengan perinsip bumi tidak bergerak??
Cukup enam fakta ini saja yang perlu dipaparkan. Bahwa semua fakta tersebut di atas sama sekali tidak menjadi bukti yang membenarkan perinsip Ahmad Sabiq bahwa matahari mengelilingi bumi, dan bumi diam ditempat tidak bergerak sama sekali.
----------- ---------- --------- S.o.S.
Melalui Blog ini kita tunggu penjelasan Ahmad Sabiq, mungkin ia terbitkan kembali buku lain yang menjelaskan fakta-fakta di atas untuk membuktikan pandangannya. Namun buku yang ditulis Ahmad Sabiq (sebagaimana tertera dalam blog ini) sama sekali tidak memuat kepastian informasi dari Alqur'an tentang matahari mengelilingi bumi. Direkomendasikan untuk ganti judul. Ungkapan: "sebuah kepastian" diganti dengan ungkapan: "sebuah penafsiran". Dengan demikian Judul buku : "Matahari Mengelilingi Bumi, sebuah Penafsiran berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah, . . . . . . . . . . . . . . . . .dst".
Tetapi jika Ahmad Sabiq tetap mempertahankan Judul bukunya tanpa diperbaiki, maka kami nyatakan melalui blog ini bahwa buku yang ditulis dengan metode penafsiran Ahmad Sabiq terhadap sejumlah ayat Alqur'an berdasarkan perinsip "geosentris", sebagaimana perinsip Aristoteles, lalu dikatakan sebuah Kepastian Al-Qur'an dan As-Sunnah, adalah: "sesat dan menyesatkan".
---------------------Catatan khusus dari Utz. Syamsu Alam Ardamansa:
Astaghfirullah, .... semoga Allah mengampuni saya selaku penulis dan pengoreksi. Dan kepada Saudaraku Ahmad Sabiq, kita tetap bersaudara, tidak bermusuhan, walaupun koreksian saya ini terasa seolah kita bermusuhan, padahal ini hanya sebuah koreksi. Hal ini dilakukan demi tegaknya Alqur'an. Mari kita sama-sama memohon ampunan Allah. ...... Amien.
------------------------------------------------------------------------------Wassalam
Tulisan ini diakhiri Malam Senin jam 08:51
Malam tanggal 15 Muharram 1430 H./11 Januari 2009 M.
Pengelola "The House of Wisdom", Pengavu, Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

27 komentar:

Madiyuanto mengatakan...

Asalammualaikum Wr.Wb.
Ulasan yang yang ditulis sangat bagus dan menarik....

Setan Siluman mengatakan...

ISLAM dan KRISTEN sama-sama menganggap bahwasanya matahari itu setiap siang hari selalu beredar mengelilingi bumi!:

http://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=AuhTMVFww03cdIvzt9NrfQzPjX1G;_ylv=3?qid=20120301052125AATragK

Apakah menurut kalian, hal semacam ini tidak sesuai dan tidak konsisten dengan kenyataan yang terdapat di alam semesta ini?...

Abdurrahim mengatakan...

Sebuah pemahaman terfikirkan dengan menggunakan alat bantu bahasa. Bahasa mempunyai makna tertentu. Di dalam bahasa Indonesia kata "bangun" dari tidur memiliki makna: "ia membuka kedua matanya [aksi 1], lalu berdiri bangkit [aksi ke-2] dari tidurnya tersebut", 1 kata 'bangun' bermakna 2 aksi/perbuatan. Tetapi tidak demikian didalam bahasa Perancis, 2 aksi tersebut dinyatakan oleh 2 kata yang berbeda (se réveiller: bangun buka mata, se lever: bangun bangkit berdiri). Pun demikian dalam bahasa Arab! Pemahaman kita atas nash-nash arab seyogyanya terbangun atas pemahaman penutur asli bahasa tersebut, yang tentunya tidak sama dengan bahasa kita Indonesia. Secara dzahir pemahaman dalili-dalil syar'i Ahmad Sabiq dengan tuturan ulama salafushsholih adalah demikian benar adanya, adalah seperti itu. Benar berdasarkan lisan arab pada nash demikian (http://shirotholmustaqim.wordpress.com/2011/08/04/benarkah-bumi-mengelilingi-matahari/). Tetapi pada konstelasi nalar, tentunya perlu fakta yang menuntut sejumlah pembuktian dengan berbagai bukti-bukti ilmiah yang ada terjadi pada dunia kosmos alam semesta secara universal (simak: tanggapan 1 | Rahmat
Juni 21, 2012 pada 1:17 pm
Makalah Bedah Buku, 21 Juni 2012
”JUDUL SAMA PAHAM BERBEDA:
Titik Temu Kontroversi Sains Modern & Islam”
Oleh: Rahmat Abdullah,S.Si.
[Pengarang Buku Teori Absolutivitas: Matahari Mengelilingi Bumi]http://shirotholmustaqim.wordpress.com/2011/08/04/benarkah-bumi-mengelilingi-matahari/). Allahu'alam.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan...

Bahasa Al-Qur'an bukan sekedar bahasa Arab, tetapi bahasa wahyu yang diturunkan dalam bahasa Arab.
Bahasa Al-Qur'an hingga hari ini tidak pernah mengalami perubahan, tetapi bahasa arab bisa saja mangalami perkembangan kata dengan masuknya berbagai budaya modern.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan...

Ya. bisa saja ucapan seseorang dimuat dalam alquran. Contohnya Firman Allah, "fir'aun berkata: (Aku adalah tuhanmu yang maha tinggi)",itu ucapan fir'an ; apakah ucapan fir'an benar?? sehingga dilestarikan dalam alquran??

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan...


Posted by: shirotholmustaqim on: Agustus 4, 2011
• In: Aqidah
• Comment!
Soal: Apakah matahari berputar mengelilingi bumi?
Jawab: Dhahirnya dalil-dalil syar’i menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan dari dhahirnya. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut:
1. Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya terhadap orang yang membantahnya tentang Rabb: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat.” (QS Al Baqarah: 258).
Maka keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil yang dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.
2. Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman juga tentang Ibrahim: “Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: ‘Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar’, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.’” (QS Al An’am: 78).
Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi niscaya Allah berkata: “Ketika bumi itu hilang darinya.”
3. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.” (QS Al Kahfi: 17).
Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi niscaya Dia berkata, “gua mereka condong darinya (matahari).” Begitu pula bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa dialah yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit dibandingkan firmanNya, “(condong) dan (menjauhi mereka).”
4. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS Al Anbiya’: 33).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: berputar dalam suatu garis edar seperti edaran alat pemintal. Penjelasan itu terkenal darinya.
5. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.” (QS Al A’raf: 54).
Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.
6. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Az Zumar: 5).
FirmanNya: “Menutupkan malam atau siang” artinya memutarkannya atasnya seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) niscaya Dia berkata, “Dia menutupkan bumi atas malam dan siang.” Dan firmanNya, “matahari dan bulan, semuanya berjalan” menerangkan apa yang terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan dengan jalan yang sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan yang bergerak dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam tidak bergerak.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan...

7. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya.” (QS Asy Syams: 1-2).
Makna (mengiringinya) adalah datang setelahnya, dan itu dalil yang menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi. Seandainya bumi yang berputar mengelilingi keduanya tidak akan bulan itu mengiringi matahari, akan tetapi kadang-kadang bulan mengelilingi matahari dan kadang matahari mengiringi bulan, karena matahari lebih tinggi daripada bulan. Dan untuk menyimpulkan ayat ini membutuhkan pengamatan.
8. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS Yaa Siin: 37-40).
Penyandaran kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar / batas dari Dzat yang Maha Perkasa lagi Mengetahui menunjukkan bahwa itu adalah jalan yang haqiqi (sebenarnya) dengan kadar yang sempurna, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan siang malam dan batas-batas (waktu). Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan perpindahannya di garis edar tersebut. Kalau seandainya bumi yang berputar mengelilingi maka penetapan garis edar itu untuknya bukan untuk bulan. Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului siang menunjukkan pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan, malam, dan siang.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan...

9. Dari Abu Dzarr, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda pada suatu hari “Tahukah kalian kemana matahari ini pergi?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya matahari ini beredar/berjalan sampai berakhir ke tempatnya di bawah ‘Arsy maka dia tersungkur sujud, terus-menerus dia dalam keadaan demikian sampai dikatakan kepadanya: “bangkitlah/angkatlah (dirimu) dan kembalilah dari tempat kamu datang”, maka matahari tersebut kembali lalu terbit dari tempat terbitnya kemudian beredar lagi sampai berakhir ke tempatnya di bawah ‘Arsy lalu dia tersungkur sujud dan terus menerus dalam keadaan demikian sampai dikatakan kepadanya: “angkatlah dan kembalilah dari tempat kamu datang”, lalu dia kembali dan terbit dari tempat terbitnya (sebagaimana biasa) kemudian dia kembali beredar, yang manusia tidak akan mengingkarinya sedikitpun, sampai berakhir ke tempatnya yaitu di bawah ‘Arsy maka dikatakan kepadanya “angkatlah dan jadilah kamu terbit dari arah terbenammu” maka matahari itu terbit dari arah terbenamnya, kemudian Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi?” Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat keimanan seseorang bagi dirinya, yang dia tidak beriman sebelumnya atau berusaha dengan kebaikan dalam keimanannya” (H.R. Al-Imam Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu dan matahari telah terbenam, “Apakah kamu tahu ke mana matahari itu pergi?” Dia menjawab, “Allah dan RasulNya lebih tahu.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah Arsy, kemudian minta ijin lalu diijinkan baginya, hampir-hampir dia minta ijin lalu dia tidak diijinkan. Kemudian dikatakan kepadanya: ‘Kembalilah dari arah kamu datang lalu dia terbit dari barat (tempat terbenamnya).’” Atau sebagaimana beliau telah bersabda (Muttafaq ‘alaih).
Dalam hadits setelah ini, dari Abu Dzarr berkata, saya menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa-sallam tentang firman Allah Ta’ala: “Wasysyamsu tajrii limustaqarrillahaa?” (Dan matahari beredar/berjalan di tempat peredarannya), Rasulullah bersabda: “tempat peredarannya adalah di bawah ‘Arsy”. (H.R. Al-Imam Muslim).
PerkataanNya: “Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari tempat terbenamnya” sangat jelas sekali bahwa dia (matahari) itulah yang berputar mengelilingi bumi dengan perputarannya itu terjadinya terbit dan terbenam.
10. Hadits-hadits yang banyak tentang penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari, maka itu jelas tentang terjadinya hal itu dari matahari tidak dari bumi.
Boleh jadi di sana masih banyak dalil-dalil lain yang tidak saya hadirkan sekarang, namun apa yang telah saya sebutkan sudah cukup tentang apa yang saya maksudkan wallahul Muwaffiq.
Rujukan: Majmu’ Fatawa karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dan Shohih Muslim.
Sumber : Bulletin Al Wala’ Wal Bara’

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan...

Asw. ada tiga komentar di atas sengaja saya kutip untuk ditanggapi, supaya bisa melengkapi hazanah pengetahuan.

Unknown mengatakan...

Terima kasih atas bahasannya. penting untuk dipahami:
1) Syaikh Ibn Utsaimin termasuk ulama yang menegaskan bahwa masalah rotasi bumi termasuk perkara yang tidak ada penetapan dan penolakannya dalam alQur-an dan asSunnah. maksudnya tidak ada dalil syar'iy menetapkan rotasi bumi dengan tegas ataupun menolaknya, ini beliau tegaskan dalam fatwa beliau yang lain:
http://www.binothaimeen.com/sound/snd/a0174/a0174-1b.rm
2)Pernyataan bahwa "matahari mengelilingi bumi sebuah kepstian alQuran dan asSunnah" menurut Syaikh Ibnu Utsaimin tidak boleh karena dilalah ayat alQuran dan Sunnah yg dijadikan dalil atw hujjah menetapkan matahari mengelilingi bumi sifatnya Zhanniyyah bukan Qath'iyyah. Ini beliau jelaskan dalam kitab beliau Syarhul Arba'in anNawawiyah.
3) Syaikh Ibn Utsaimin sekalipun beliau berpendapat matahari mengelilingi bumi berdasarkan ijtihad beliau, tetapi beliau tidak menutup pintu kemungkinan benarnya teori bumi mengelilingi matahari. oleh karena itu beliau menolak pernyataan Qatht'iyyah(kepastian) teori matahari mengelilingi bumi, bahkan beliau menyatakan jika memang terbukti kebenar
an bahwa adanya siang dan malam terjadi karena rotasi bumi mungkin kita beristidlal dengan ayat alQuran {Wa alqaa fil ardhi rawaasiya an tamida bikum}.lihat dan baca lebih lanjut penjelasan beliau dalam Syarah Arba'in.
4) Syaikh Al-Albani termasuk ulama salafiyyin yang menegaskan kebenaran rotasi bumi. beliau menegaskan, "Nahnu -al-haqiqah- laa nasyukku fii anna dawaranal ardhi HAQIQAH 'ILMIYYAH LAA TAQBALU JADALAN."

5) Di Indonesia, Majalah Qiblati Malang mewakili Salafiyyin yang tidak sependapat dgn buku alUst Ahmad Sabiq. Demikian tanggapan saya secara ringkas. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa buku tsb tidak mewakili secara keseluruhan pendapat ikhwah salafiyyin di Indonesia apalagi di luar negri sana. Wallahu a'lam bis shawab.

ARNANDA AJI SAPUTRA mengatakan...

Awas Liberal. Apakah Anda ataukah Allah dan RasulNya yang lebih memahami???

Unknown mengatakan...

saya ambil contoh sederhana,karena saya orang bodoh dan bukan ahli fisika.Ada seseorang yang pergi haji dengan naik pesawat terbang,perjalanan dari Indonesia ke Saudi Arabia memakan waktu kurang lebih 9 jam.Karena matahari itu terbit dari timur,artinya bumi berotasi pada porosnya arahnya ke timur yang artinya juga pesawat yang menuju ke Saudi Arabia berjalan berlawanan dengan arah rotasi bumi.Tapi kenapa ketika pulang ke Indonesia perjalanan pesawat masih sama kurang lebih 9 jam?padahal ketika pulang arahnya searah dengan arah rotasi bumi,dan kecepatan pesawat itu jauh dibawah kecepatan rotasi bumi,harusnya perjalanan pulang itu menjadi jauh lebih lama dari berangkatnya,mohon dijelaskan

Unknown mengatakan...

Menjawab pertannyaan Fitri Yunanai
karena pesawat itu masih terikat pergerakan bumi, atau pesawat itu tidak terpengaruh kecepatan rotasi bumi.
Ibarat anda menggelindingkan sebuah bola ke arah kanan, dalam lorong kereta api yang bergerak kearah kiri, pada kecepatan konstan, atau tidak mendadak dipercepat, lalu anda mencoba kembali menggelindingkan bola ke arah kiri searah pergerakan kereta api, pasti kecepatan bola itu tetap sama, seperti saat anda menggelindingkan bola ke arah kanan. Artinya kecepatan pergerakan bola tersebut tidak terpengaruh kecepatan gerak kereta api.

Unknown mengatakan...

Prihatin dengan buku ini.

Ini lah pentingnya seorang muslim mempelajari ilmu pengetahuan antariksa saat ini dan kedepan, supaya tidak terjebak dalam pemahaman sempit dalam mengartikan ayat2 Al Qur'an. Padahal tidak ada pertentangan sama sekali antara ilmu pengetahuan manusia tentang jagat raya dan alam semesta ini dengan Al Qur'an.

Bahkan dengan kemajuan teknologi antariksa saat ini, Al Qur'an malah telah membuktikan kebenaran.

sukses mengatakan...

Salam sejahtera
saya setuju dengan contoh Fitri Yunani, seandainya bumi bergerak berputar pada porosnya mungkin seharusnya pesawat yang menuju ke negra lain dengan kecepatan yang sama, akan mengalami waktu yang lama ketika arah tujuan pesawat sama dengan berputarnya bumi, dan akan cepat sampai ketika arah pesawat berlawanan dengan rotasi bumi.

kalau benda itu bergerak berjalan masih memerlukan bumi sebagai pijakan saya setuju kalau itu terikat gerakan bumi.
seumpama bumi itu undar, dan kita naik undar itu untuk pindah menuju ke tempat duduk yang lain di dalam undar tersebut tentu masih terikat dan akan membutuhkan waktu yang sama ketika kembali ke kursi yang semula. Tentu Beda dengan orang yang tidak ikut naik undar tersebut

menurut pendapat saya pribadi berhubung bumi itu diam maka pesawat itu tetep membutuhkan waktu yang sama ketika kembali ke negaranya semula,
seandainya pesawat itu masih terikat pergerakan bumi, lalu di batas pada jarak berapa yang tidak terikat pergerakan bumi?

Maaf saya hanya lulusan SD

Unknown mengatakan...

Menjawab pertanyaan Bung Sukses yang mengulang pertanyaan Jeng Fitri Yunani yang sudah dijawab Bung Nanas Anggur.


Assalamualaikum ...

Kenapa pesawat butuh waktu yang sama untuk menempuh jarak (misalnya Jakarta - Jeddah) pulang pergi?

Karena pesawat yang kita lihat sedang terbang itu tidak sepenuhnya terbang meninggalkan bumi. Pesawat itu hanya "berjalan di dalam atmosfer bumi" yang ikut berputar searah rotasi bumi. Jadi tidak masalah mau kemana pesawat itu mengarah, kecepatannya akan relatif sama. Seperti juga kalau Bung Sukses naik mobil dari Jakarta ke Surabaya. Bolak - balik, waktu tempuhnya kurang lebih sama kan? Padahal dalam salah satu perjalanan anda mengikuti arah rotasi bumi lho ....

Lagipula meskipun terbang, pesawat itu tetap terikat dengan medan gravitasi bumi. Mau terbang ke barat atau timur, pesawat itu terbang melawan gravitasi bumi, bukan arah rotasi bumi. Jadi kecepatan rotasi bumi tidak berpengaruh ke laju pesawat. Seperti dijelaskan Bung Nanas dalam kereta apinya.

Kenapa atmosfer bumi ikut berputar?
Karena terpengaruh gravitasi bumi

Kenapa bumi punya gravitasi?
karena bumi bergerak mengelilingi matahari

Bung Sukses bener lulusan SD? Ini ada di pelajaran IPA anak SD lho Bung! Namanya gaya Centripetal dan gaya Centrifugal.

cmiiw ...
wassalam ...

Unknown mengatakan...

Mana yang benar ﹏ ;) .ÿ̲̣̣̣̥ǻǎ̜̣̍ǻ⌣◦(y) ???? Hanya اَللّهُ yg †åΰ ...

mmf vlogs mengatakan...

mengomentari komentarnya fitri yunani :
jawaban atas pertanyaan anda perlu data dari pilot pesawat yang anda maksudkan. Tanyakan pada pilot pesawat tersebut, bagaimana dia mengatur kecepatan pesawatnya saat berangkat dan pulang?

Ngobrol-ngobrol, anda suka memanfaatkan GPS ga? Atau anda pernah nonton siaran parabola? Atau menurut anda siaran parabola itu omong kosong hanya penipuan saja?

eca mengatakan...

Kalo menurut beberapa komen mengatakan pesawat masih terpengaruh gravitasi bumi karena dalam atmosfir, lalu bagaimana dengan bintang dilangit yang teramat tinggi tidak tampak berubah? dan selalu digunakan sebagai indikator navigasi pelayaran zaman dahulu dan pergantian musim? kenapa bintang kejora selalu di timur? menurut pemahaman saya kalo bumi berotasi dengan kecepatan 1.600 km/jam maka bintang dilangit tidak akan kelihatan tetap. akan selalu bergeser setiap menit seperti pergeseran siang dan malam. Ada yang bisa menjelaskan?

Admin mengatakan...

izin share

hamba allah mengatakan...

mengomentari yg memberi contoh asumsi penerbangan jakata-jedah dan sebaliknya ditempuh dengan waktu yg relatif sama;

apakah tidak antum fikirkan saat antum berada dalam penerbangan tersebut kemudian pergi ke toilet dan balik ketempat duduk, apakah saat antum ke arah belakang lebih cepat dari pada kearah depan? padahal kecepatan pesawat tersebut ratusan km/jam.

bila antum naik pesawat penumpang, coba buat percobaan kecil, jatuhkan sesuatu benda yang punya berat misal sendok atau hp antum, bila benda tersebut langsung terbang ke belakang dengan kecepatan setara kecepatan terbang pesawat berarti teori sangkaan matahari yang mengelilingi bumi atau bumi diam terbukti benar.

bukankah teori belum bisa jadi kepastian atau hukum sebelum ada pembuktian nyata?
sementara dalam Al-qur'an dan Hadits tidak ada penjelasan yang pasti atau dalil yang Qatht'iyyah mengenai itu?

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum
.sebelumnya saya sangat tertarik dengan pertanyaan eca..mohon yang ngerti tolong dijawab..karena saya juga berfikiran seperti itu..

Unknown mengatakan...

Saya bukan ahli fisika tapi saya mau mencoba menjelaskan untuk pertanyaan eca. Untuk mempercayai penjelasan ini tentunya kita harus percaya ilmu fisika.

Kita sering melihat bintang, tapi tahukah kita bahwa bintang-bintang itu berjarak amat jauh dari bumi. Bintang Proxima Centauri yang terdekat saja jaraknya 4.2 tahun cahaya (kalau ditembakkan cahaya, 4.2 tahun baru sampai kesana). 1 tahun cahaya itu sejauh 9.460.730.472.580,8 kilometer.
https://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_cahaya
http://www.amazine.co/22476/fakta-tentang-proxima-centauri-bintang-terdekat-dari-bumi/

Cobalah anda melihat gunung dari jarak yang cukup jauh, lalu berpindah-pindahlah dari satu tempat ke tempat lain. Apakah arah gunung tersebut bergeser? misal dari yang tadinya arah timur berpindah ke tenggara. tidak kan?

Itu baru gunung yang berjarak beberapa kilometer. Bagaimana dengan bintang yang sedemikian jauhnya.

Penjelasan yang lain:
Saat mengelilingi matahari bumi hanya berpindah sejauh 152.600.000 Kilometer. Jika dibandingkan dengan jaraknya ke bintang TERDEKAT itu hanya 1/62000nya.
Untuk membandingkannya coba anda lihat rumah anda dari jarak 62 meter, lalu berpindah-pindahlah sejauh 1 milimeter. Apakah arah rumah anda terlihat berubah?

Itu saja. semoga membantu.

Janganlah sampai terjebak pada konspirasi yang menggunakan Al-Qur'an untuk membakar Al-Qur'an atau pada pemahaman yang terjebak kedalam hal tersebut.

Semoga kita senantiasa dalam hidayah Allah. aamiin

Unknown mengatakan...

Teori seperti ini sering dipakai:

misal A=Qur'an, B=kebenaran, C=Kesesatan, D=konspirator

1. A megatakan B
2. D bilang bahwa A mengatakan C
3. Semua orang menyangka A mengatakan C
4. D mengkritik C
5. A tumbang
6. Semua orang meninggalkan A lalu mengikuti D
7. D menang

Waspadalah

hermanto mengatakan...

Observasi nestad

hermanto mengatakan...

NESTAD OBSERVASI
Putri Roro Deputri (facebook)
Assalamu'alaikum wr wrb, s
Kiblat adalah pusat/titik kordinat alam semesta yg meliputi bumi langit dan arsy secara fungsi geologi. Kabah adalah situs sebagai penanda tempat yg menunjukan keberadaan pusat alam semesta ini. Tentu sangat berkaitan antara kabah dan kiblat namun berbeda fungsinya. Struktur benda2 langit ini sebenarnya sudah di ketahui sejak mendiangnya rosul yg mana di zaman itu kristen sudah tidak ada atau sudah hijrah ke islam. Nah ilmu geologi tentang struktur benda langit yg sangat di kuasai oleh orang2 cerdas dari golongan yahudi ini tidak akan pernah di umumkan kpd dunia atas dasar pengingkaran mereka terhadap agama Allah. Maka mereka menyembunyikan fakta ini padahal mereka sangat tahu tindakan mereka itu adalah pendustaan. Untuk membodohi dunia bukanlah tindakan yg mudah di lakukan dgn mendoktrinkan pendidikan di beberapa bangsa saja. Lantas dgn kristen yg telah menyebar di seluruh dunia inilah yahudi meluncurkan doktrin tentang struktur tata surya yg sebenarnya itu adalah untuk mengunci hati dan akal kita untuk mengkaji lebih cermat lagi tentang desain Qur'an sehingga kita slalu beranggapan "untuk apa mengkaji tentang struktur alam dari Qur'an kan di pelajaran sekolah sudah ada". Ini lah kesalahan kita yg sudah berlangsung selama berabat abat. Yahudi mengatakan bumi dan planet mengelilingi matahari pada orbit peredaranya, ternyata itu tidak terbukti alias salah besar. Yg terjadi sebenarnya adalah matahari dan seluruh benda langit mengorbit/berjalan pada tempat peredaranya yg mengelilingi kiblat/kabah, subhanallahu wallahu akbar.. Bumi ini tidak pernah sujud/mengelilingi matahari melainkan mataharilah yg berjalan dan sujud/mengelilingi kiblat/kabah. Dan seluruh benda langit berjalan dan sujud/mengelilingi kabah. Bila sampai bumi yg sujud mengelilingi matahari mengapa Allah itu tidak memerintahkan agar kita sholat menghadap matahari..??? Namun Allah memerintahkan kita sholat menghadap kiblat/kabah, itu karna Allah jua telah memerintahkan kpd seluruh benda langit bersujud menghadap kiblat/kabah. Berdasarkan garis liter T yg ada di antara yarusalem dan madinah ini jua membuktikan dahulu pusat/titik kordinat alam semesta ini berada di sekitar yarusalem sebelah timur. Namun entah dgn alasan apa pusat/titik kordinat itu bergeser ke madinah dan berada tepat di kabah. Dan tepat di kabah itu ada garis yg membentang lurus dari bumi tingkat ke 7 atau pusat/titik kordinat bumi sampai ke langit tingkat pertama. Garis itu seperti jalur akses yg menjembatani jalur hubungan antara langit dan bumi. Garis itu semacam tali yg sangat halus tak kasat mata. Dan posisi bumi ini adalah berada pada posisi yg serong melawan arah dari jalur akses yg menjembatani antara langit dan bumi.Bila kiblat/kabah itu adalah pusat alam semesta lantas mengapa matahari berjalan mengelilingi tepat di atas garis khatulistiwa dan apa hukum poros pada kutub utara dan selatan sas..???!!! Matahari berjalan pada lintasan orbitnya yg mengelilingi bumi tepat melintasi garis khatuliswa namun jarak idealnya terhadap kiblat/kabah tak pernah bergeser sehingga per 40 putaran matahari bergeser ke kiri dan ke kanan untu menghindari jembatan halus yg menghubungkan antara langit dan bumi. Maka terkadang kita melihat matahari itu besar dan terkadang kecil begitu jua dgn bulan. Ingat, bumi tak pernah bersujud mengelilingi matahari namun mataharilah yg bersujud berjalan pada lintasan peredaranya yg mengelilingi bumi 
Hukum yg terjadi di seluruh ruang angkasa ini bukanlah tata surya tapi adalah tata kiblat/kabah.
Wasalamu'alaikum wr wb 

Unknown mengatakan...

السلام عليكم وو

setelah membaca berbagai pikiran tersebut diatas satu saja yang perlu kita renungkan dari kejadian /fakta yang dirasakan, diamati, dengan catatan bahwa anda telah pernah naik pesawat udara terbang dari Jakarta ke arah timur (misalnya) Kota Palu. Atau sebaliknya. Waktu tempuh sekitar kurang lebih 2 jam, tidak cukup 3 jam, di udara. Saat berangkat dari Jakarta jam star dari landansan Soekarno-Hatta jam: 05.05 WIB. Pagi. Tiba di landasan Bandara Mutiara Sis-AlJufri Kota Palu adalah Jam: 07.25 Wib. mendarat di landasan. Waktu Tempuh 2 jam 20 menit di udara; berdasarkan jam tangan yang dipakai dari Jakarta (WIB). Keadaan Cuaca aman tak ada gangguan. Tetapi ternyata waktu di Kota Palu menunjukkan jam 08.25 Wita. Menurut pengumuman pramuigari.

Informasinya begini:

Star dari Bandara Jakarta.....Jam 05.05 pagi (WIB)
waktu tempuh udara = 2 jam 20 menit. diukur Berdasarkan jam-tangan.
Tiba di Bandara Kota Palu ....Jam 07.25 pagi (WIB)
Tetapi waktu setempat menunjukkan jam 08.25 (Wita).

Perbedaan waktu antara WIB dan WITA adalah 1 jam.
(WITA lebih dulu 1 jam dari WIB)
Ini adalah hukum Umum. Semua orang pun sudah tahu.

Analisanya:
Tempat yang digunakan sebagai titik star adalah Jakarta(tempatnya di Bumi).
Setelah terbang lewat udara dengan waktu tempuh 2 jam lebih 20 menit, atau 140 menit kemudian Tiba di Palu. (tempatnya juga masih di Bumi).
Jadi baik waktu maupun jarak tempuh, semuanya diukur di Bumi.
Waktu setempat antara Jakarta dan Palu pada saat yang bersamaan, ternyata jam nya berbeda stau jam.
Begitulah kondisi di BUMI.

Dalam artian yang Lebih Luas:
Ketika Indonesia Siang hari jam 12.00 wib. di Jakarta, ternyata di Mekah pada saat yang sama masih jam 08.00 pagi waktu setempat. (beda 4 jam). Itu masih di Bumi juga. Hanya berbeda waktu dan tempatnya. Bisa dibuktikan dengan komunikasi lewat telepon rumah atau telepon genggam (handphone). Kalau di Jakarta saat itu, Siang hari maka pada saat detik yang sama di Amerika malam hari. Tapi semua itu adanya masih bertempat di Bumi juga.
Nah! Kalau Nabi Ibrahim As. memandang marahari sedang terbit dari tempatnya saat itu di Jazirah arab, apakah pada saat bersamaan orang yang ada di Indonesia juga sedang menatap matahari terbit? atau orang yang ada di Amerika juga sedang memandang matahari terbit bersamaan dengan orang di Jazirah Arab ?? Tentu tidak. Ini adalah fakta. Fakta demikian diukur dengan kondisi Bumi, atau menurut ukuran dan situasi Bumi.

Kesimpulannya:
1. Bahwa pada saat yang persis bersamaan, ternyaa dua tempat yang berjauhan di Bumi
bisa berbeda waktu dan situasinya. Namun tetap saja itu di Bumi.
2. Khusus untuk hal demikian ini jangan dulu pikirkan masalah di luar bumi, termasuk
pergerakan matahari. Apapun yang tertera dalam ayat Al-Qur'an tentang pergerakan
matahari, itu adalah benar, 100% mutlak. Tetapi jangan campur baurkan dengan apa
yang kita pikirkan, pandangan kita, tafsiran kita, karena manusia adanya di bumi
cara pandangnya juga di bumi, bukan diluar bumi.

والسلام