Rabu, Agustus 22, 2012

Matahari Mengelilingi Bumi, Adakah itu menurut alQur’an??
Tanggapan berikut ini merupakan lanjutan dari apa yang pernah disajikan dalam blog ini juga. Sesungguhnya persoalan yang mendasar bukanlah mengenai apakah “matahari yang mengelilingi bumi atau bumilah yang mengelilingi matahari”. Lantaran masalah ini adalah masalah lama yang diperdebatkan orang, ditandai dengan munculnya sebutan “geosentris” atau “heliosentris”, yang melibatkan nama-nama tokoh seperti: Ptolomeus, Copernicus, dan sejumlah  tokoh non Muslim lainnya. Persoalan yang sesungguhnya sangat mendasar adalah “diungkapkannya ayat alQur’an mendukung teori geosentris sebagai salah satu pen-tafsir-an terhadap ayat alQur’an, lalu dikatakan “kepastian” dari dhahir ayat alQur’an”. Disini tidak perlu diungkap latarbelakang munculnya  peredebatan lama. Namun karena sudah terlanjur ditulis melalui sebuah buku serta kemudian dimunculkan di dunia maya, maka perlu diberi catatan-catatan koreksi agar khalayak ramai mengetahuinya. Pada perinsipnya siapapun yang membaca janganlah bertaqlid-buta tanpa tahu ilmu dan penjelasannya. Kemudian dari itu kalau sudah paham dan mengena di hati maka perlu beri’tiba’ mengikut kepada yang benar saja. Namun kalau tidak pas di hati boleh diberi catatan koreksi pula. Dengan demikian wawasan kita semakin bertambah karena saling memberi informasi.
Apabila dalam tanggapan ini ada kalimat kasar maka itu hanya terkait dengan cara penyampaian. Bukan dengan maksud kasar. Taqabbalallahu minnaa wa minkum. Selamat Iedul Fithry 1433H. Mohon maaf lahir dan bathin.
Tanggapan ini murni dari Bpk Syamsu Alam Ardamansa, dan 100% dipertanggung jawabkan oleh beliau demikian pula seluruh isi blog ini sejak awal sampai akhir.  Tulisan yang diposkan dalam blog ini diperhadapkan oleh The House of Wisdom Palu, sekaligus kami melalui blog ini meminta kerelaan untuk kami kutip kembali tulisan yang diposkan oleh: Sirothalmustaqim, Agustus 2011. Pada alamat,  http://shirotholmustaqim.wordpress.com/ 2011/ 08/ 04/ benarkah-bumi-mengelilingi-matahari/
Sebagai catatan awal yang perlu untuk dipahami para pembaca, mengenai apa yang kami pahami, bahwa :
(1).    Tentang matahari keliling bumi maksudnya adalah pergerakan matahari yang terlihat sehari-hari terbit di timur, terus bergerak sampai terbenam di barat dan seterusnya berulang dalam 24 jam. Apakah benar, memang ada pernyataan ayat alQur’an secara dhahir, bahwa: “matahari mengelilingi bumi”??. Perlu dipertegas disini bahwa yang kita bicarakan ialah ayat alQur’an mana, yang menyatakan hal itu.  Adapun soal matahari keliling bumi atau bumi keliling matahari, itu pembahasannya tersendiri.
(2)     Tentang pergerakan bumi dimaksudkan adalah bumi bergerak mengitari matahari menempuh perjalanan selama 1 tahun atau 12 bulan atau +365 hari dalam sekali keliling. Ini dikenal dengan istilah “revolusi-bumi” mengelilingi matahari. Apakah memang begitu? Atau bumi itu sebenarnya “diam” saja. Ini perlu kita pertanyakan juga karena memang ada yang memahami bahwa “bumi tidak bergerak”. Kenapa dipertanyakan, ya. bukan terhadap pahamnya atau teorinya yang kita pertanyakan. Tetapi lantaran paham itu disandarkan pada ayat alQur’an bahwa bumi “diam” saja. Apakah memang Bumi itu diam saja menurut alQur’an??
(3).    Selain sebutan “revolusi”, bumi juga melakukan perputaran pada dirinya sendiri (berpusing) yang bertumpu pada poros/sumbunya, dengan waktu sekali putar +24 jam. Bahasa sehari-harinya berputar seperti gasing, atau seperti roda berputar di as-nya. Gerakan demikian dikenal dengan sebutan “rotasi-bumi”. Bumi melakukan rotasi dengan gerakan ke kiri (sinistral) jika dipandang dari posisi kutub utara bumi. Hampir sama kedaannya dengan perputaran orang yang sedang tawaf keliling ka’bah, dimana ka’bah sebagai titik pusat/sumbu putar. Kulit  bumi yang tebal, yang kita tempati bagian luarnya, bergerak berputar dari barat ke timur; maka terlihat oleh pandangan kita dari bumi, bahwa matahari terbit di timur lalu terbenam di barat.
Itulah tiga kategori fakta yang perlu kita kemukakan. Permasalahannya, Apakah benar menurut alQur’an bahwa matahari yang berputar keliling bumi dan bumi diam saja?? Pembuktian itu diperlukan karena dikaitkan dengan ayat-ayat alQur’an. Dan sama sekali bukan tujuan kita mencari mana yang benar dan salah. Tetapi karena alQur’an sendiri telah mengisyaratkan:
 " لا تقف ما ليس لك به علم، إن السمـع والبصر والفؤادة كل ألئك كان عنه مسئولا "
“Jangan kamu ikuti sesuatu yang tiada bagimu ilmu/penjelasannya, sesungguhnya pendengaran (informasi), pandangan (observasi), dan telaah/pemahaman kamu melalui hati, akan dimintai pertanggung jawabannya (dikemudian hari)”. (QS. Isra’[17]:36)
Setiap pandangan atau pendapat, itu berharga, karenanya harus dihargai. Dan setiap orang disilahkan memahami serta memilih pendapat mana yang pas dalam hati. Tetapi tidak bertqlid buta, ikut-ikutan, karena itu terlarang sebagaimana kandungan ayat tersebut.
Apapun pandangan kita tentang matahari, bumi, dan bulan, sama sekali tidak akan mempengaruhi pergerakan ketiga benda langit itu karena mereka bergerak secara alami sebagai sunnatullah. Pemahaman kita tentang ketiganya; diperlukan untuk kebutuhan kita memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan amal ibadah, dan peradaban kita selaku khalifah di bumi.   
Dalam tanggapan ini satu demi satu dalil dikutip dan disajikan, lalu diberi tanggapan seperlunya. Tulisan yang dikutip dicetak miring berwarna merah, sedangkan tanggapannya dicetak tegak berwarna biru. Mari kita ikuti sajian dialog dunia maya berikut ini:

Soal:
Apakah matahari berputar mengelilingi bumi?
Jawab:
Dhahirnya dalil-dalil syar’i menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan dari dhahirnya.

TANGGAPAN:
Pemahaman terhadap dalil-dalil syar’i dari ayat, harus bersumber dari ayat alQur’an secara dhahir pula. Tetapi tidak ada satupun ayat yang antum[anda] paparkan secara dhahir seperti yang antum kehendaki.
Ingatlah!! bahwa “mekanisme” terbitnya matahari di timur dan terbenamnya di barat, tidak diungkap sama sekali secara dhahir oleh ayat-ayat yang antum paparkan. Semuanya hanya dipahami dari dhahir ayat. Tetapi bukan dari dhahir[redaksi] ayat itu sendiri. Karenanya, memang tidak ada hak bagi kita untuk menyelewengkan ungkapan dhahir ayat tersebut. Soal apakah matahari yang berputar mengelilingi bumi ataukah bumilah yang bergerak mengelilingi matahari, adalah masalah “mekanisme-pergerakan”, yakni bagaimana cara keduanya melakukan pergerakan satu sama lain berdasarkan Sunnatullah, sehingga terlihat dan diketahui oleh manusia di bumi bahwa matahari itu terbit di timur dan terbenam di barat.  
Adalah sangat keliru mentakwilkan matahari berputar keliling bumi, padahal dalil syar’i dari ayat alQur’an tidak ada yang mengungkap secara dhahir seperti itu. Dalam masalah ini, perkataan Shahabat, tabiin, Ulama’ (ilmuwan) walaupun dapat dijadikan bandingan, tetapi bukan sebagai dalil syar’i. Karena ini masalah IlmuPengetahuan, dan Peradaban manusia yang terus berkembang. 

DALIL - 1 :
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya terhadap orang yang membantahnya tentang Rabb: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat.” (QS Al Baqarah: 258).
Maka keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil yang dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.

TANGGAPAN-1:
Pada surat Al-Baqarah(2): 258 tersebut diungkapkan “ucapan” Nabiyullah Ibrahim as., Namun berdasarkan dhahir ayat, sama sekali tidak terdapat ungkapan dalam ayat yang menyebutkan “matahari berputar mengelilingi bumi”.
Dhahir ucapan Nabiyullah Ibrahim as., pada ayat tersebut adalah sbb:

قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ ، فأت بهآ من المغرب
Ibrahim berkata :”sesungguhnya Allah terbitkan (datangkan) matahari dari timur, maka cobalah engkau terbitkan matahari dari barat…” Ibrahim menantang lawan bicaranya dengan kalimat itu.
Kemudian, dengan serta-merta antum ambil kesimpulan sebagai berikut:
“Maka keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil yang dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi”.
Takwil antum dalam pernyataan itu keliru, karena antum simpulkan berdasarkan apa yang dipahami dari pandangan sehari-hari. Padahal disini kita berbicara tentang dhahir ayat. Bagaimana “mekanisme” pergerakan sehingga matahari terlihat terbit di timur dan terbenam di barat?? Hal ini tidak diungkap oleh dhahir ayat yang antum paparkan tersebut. “Sesungguhnya Allah datangkan matahari dari timur…” Demikian itu ucapan Nabiyullah Ibrahim as., yang dikekalkan dalam ayat tersebut. Itu saja. Apakah Ibrahim memahami sama dengan yang antum pahami,? itu namanya “takwil” terhadap ucapan Ibrahim as. Sehingga bukan dhahir ayat yang antum bahas sesungguhnya, melainkan ucapan Ibrahim as., yang ada tertera dalam ayat tersebut.
Ada contoh ayat lain (QS. an-Naziyat[79]: 24), tentang bagaimana ucapan seseorang dikekalkan dalam alQur’an seperti ayat berikut ini: َقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى     “maka ia berkata aku adalah tuhanmu yang maha tinggi”,. Ini adalah ucapan manusia (Fir’aun),  sekalipun demikian ini adalah Firman Allah juga, karena semua ayat-ayat alQur’an itu adalah Firman Allah. Ini hanya contoh bandingan.  Contoh lain, tatkala Ibrahim melihat matahari terbit, ketika itu dia berkata : “ini tuhanku”. Kalimat Ini juga dari ucapan Ibrahim as., yang dikekalkan dalam alQur’an. Masih banyak ayat lainnya yang serupa, tetapi kita tidak perlu mentakwil ucapan manusia sekalipun itu dikekalkan sebagai ayat alQur’an, karena belum tentu maksud yang kita inginkan sama maksud ayat itu.

DALIL - 2:
Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman juga tentang Ibrahim: “Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: ‘Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar’, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.’” (QS Al An’am: 78).
Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi niscaya Allah berkata: “Ketika bumi itu hilang darinya.”

TANGGAPAN-2:
Surat Al-An’am:78
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَـذَا رَبِّي هَـذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ -

Ayat tersebut mengungkapkan peristiwa yang dialami Nabiullah Ibrahim. Adapun yang dapat dipahami dari ayat tersebut ialah “Ibrahim melihat matahari itu dari posisinya di bumi”. Dalam lafaz ayat sudah jelas disebutkan “tatkala ia melihat matahari terbit,… “. Sesungguhnya Ibrahim dalam kehidupannya sehari-hari mengetahui matahari terbit dan terbenam. Sama saja dengan kita sekarang ini. Namun dalam proses pengembaraan jiwanya mencari wujud tuhan, tiba-2 Ibrahim mendapatkan semacam idea dalam benaknya tentang wujud tuhan. Yaitu “matahari”. Idea yang datang secara demikian itu disebut (dalam fsikologi komunikasi hewan) dengan sebutan: “aha-erlibniz”. Idea seperti itu pada semua manusia bisa saja mendadak muncul. Mungkin bermanfaat mungkin juga tidak. Kenyataanya ayat mengungkap dengan kalimat seperti di atas. (tatkala Ibrahim melihat matahari terbit dia berkata: “inilah tuhanku”)………… namun tatkala matahari itu terbenam maka Ibrahim menyangkal pernyataannya sendiri. 
Lalu kenapa tiba-tiba antum menyatakan sebagai berikut:
(Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi niscaya Allah berkata: “Ketika bumi itu hilang darinya.”).
Bagaimana mungkin ada firman Allah seperti yang antum kehendaki: Ketika bumi itu hilang darinya”, padahal dipahami dari dhahir ayat itu Ibrahim melihat matahari terbit. Dimana Ibrahim ketika melihat matahari?? Ya, di bumi. Nah kalau bumi hilang dari Ibrahim, loh, dimana  posisi Ibrahim?. Maka menjadi kacaulah konteks ayat itu jika mengikuti cara takwil antum. Ungkapan ayat itu adalah benar 100%, tetapi analogi cara peng-andai-an dari antum terhadap ayat tersebut adalah keliru 100%. ‘Afwan ya Akhiy.

DALIL – 3:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.” (QS Al Kahfi: 17).
Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi niscaya Dia berkata, “gua mereka condong darinya (matahari).” Begitu pula bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa dialah yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit dibandingkan firmanNya, “(condong) dan (menjauhi mereka).”

TANGGAPAN – 3
            Simpulan dan peng-andai-an yang antum ajukan lagi-lagi terpeleset. Keinginan antum mentakwil ayat tersebut cukup kuat terbukti dengan kalimat: “Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari”. Itulah redaksi yang antum kehendaki menurut pikiran antum sendiri. Apakah antum tidak keliru memahami ayat tersebut?. Mari kita perhatikan secara saksama redaksi ayatnya:

وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَاوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِّنْهُ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُ وَلِيّاً مُّرْشِداً

Pada awal ayat tertera ungkapan “wa tara as-syamsa …..”- -“engkau lihat matahari…..”, berarti menurut penglihatanmu dari bumi. Ini pokok masalahnya. Maknanya bahwa matahari condong dan menjauhi bumi itu, adalah dalam penglihatanmu   (وترى الشمـس). Bukanlah karena pergerakan matahari itu sendiri. Karena itu tidak perlu membuat suatu kalimat peng-andai-an seperti: kalau gerakan itu dari bumi niscaya Dia berkata, “gua mereka condong darinya (matahari).”.
Sesungguhnya Inti pembahasan ayat tersebut bukanlah tentang gerakan matahari atau bumi, melainkan tentang posisi (geografis) letak gua tempat para pemuda yang shalihin bersembunyi.  Alamat gua yang disebutkan dalam ayat adalah, ketika matahari terbit, condong dari arah sebelah kanan gua itu, dan ketika matahari terbenam, menjauhi gua itu di sebelah kiri. Informasi demikian menunjukkan bahwa gua itu menghadap ke utara. Karena dengan menghadap utara akan terlihat  تَّزَاوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ matahari terbit condong dari kanan gua, dan terbenam di kiri تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ.   Sangatlah tepat ungkapan di awal ayat dengan kalimat وَتَرَى الشَّمْسَ  “wa tara as-syamsa”.   “engkau lihat”.
Selanjutnya untuk memastikan kondisi gua tersebut, maka ayat memberi informasi: وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِّنْهُ . mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu . Demikian itulah sebagian tanda-tanda dari Allah SwT. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah SwT., maka dia mendapatkan petunjuk tentang gua itu. Namun siapa disesatkan Allah SwT., maka tiada yang dapat menolongnya mendapatkan petunjuk tentang gua itu. Coba sekali lagi antum simak dengan seksama kandungan ayat itu. Sambil bersama-sama kita merenung istighfar kepada Allah SwT.

DALIL – 4:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS Al Anbiya’: 33).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: berputar dalam suatu garis edar seperti edaran alat pemintal. Penjelasan itu terkenal darinya.

TANGGAPAN-4:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ -
Tidak ada yang dapat ditakwilkan dari ayat tersebut bahwa matahari bergerak keliling bumi. Fakta yang disajikan ayat ini apa adanya bahwa matahari, bulan, masing-masing bergerak di garis edarnya. Demikian halnya dengan malam dan siang. Teori astronomi pun ternyata sejalan dengan itu.
Padangan Sahabat Nabi, Ibnu Abbas ra., walaupun dapat dijadikan bandingan, namun bukanlah patokan. Tentu itu dikutip dari riwayat-riwayat, yang menunjukkan adanya pemahaman seperti itu, yang berkembang di zamannya.  Itu bukanlah dalil syar’i. 

DALIL-5 :
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.” (QS Al A’raf: 54).
Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.

TANGGAPAN-5:
Cara pemahaman terhadap redaksi ayat dalil-4 tidak jauh berbeda dengan ayat yang disajikan dalil-5. Redaksi ayat itu sebagai berikut:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ
 تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Ayat ini dan juga ayat sebelumnya, sebenarnya menjadi dalil yang membatalkan teori heliosentris, namun tidak membenarkan teori geosentris. Adapun ungkapan malam mengikuti siang dengan cepat, sama sekali tidak menunjukkan pergerakan matahari keliling bumi. Tetapi justru menunjukkan adanya rotasi bumi. Karena terjadinya pergantian siang dan malam itu lantaran bumi sendiri yang berotasi berputar di sumbunya, sehingga permukaannya bergantian menerima sinar matahari. Jadi bukan matahari yang bergerak mengelilingi bumi, tetapi bumi berputar pada sumbunya +24 jam sekali putar. Akibatnya penduduk bumi, termasuk Nabiyullah Ibrahim as., saya, dan antum, melihat matahari terbit di timur lalu terbenam di barat. Begitulah pemandangan yang terlihat dari posisi kita di bumi. Pergerakan matahari yang dipaparkan oleh kedua ayat di atas tidak disebut mengelilingi bumi. Tetapi matahari dan bulan masing-masing bergerak pada garis edarnya atas perintah Allah SwT. Khusus ini akan dijelaskan tersediri di tempat dan waktu lain.

DALIL-6:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(QS. Az Zumar: 5).
FirmanNya: “Menutupkan malam atau siang” artinya memutar kannya atasnya seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) niscaya Dia berkata, “Dia menutupkan bumi atas malam dan siang.” Dan firmanNya, “matahari dan bulan, semuanya berjalan” menerangkan apa yang terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan dengan jalan yang sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan yang bergerak dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam tidak bergerak.

TANGGAPAN-6:
Ayat yang dimaksudkan sebagai berikut:
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ -

Pengertian “menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam” itu menegaskan adanya pergantian siang dan malam, atas kehendak Allah SwT.  Ungkapanيكورالليل  “yukawwirulLail” bertimbal - balik dengan  يكورالنهار“yukawwirunNahar”, sama saja maknanya dengan ungkapanتولج الليل  “tuwlijulLail” timbal-bailk dengan  تولج النهار “tuwlijunNahar” dalam QS. Ali Imran[3]:27.  Begitu juga di ayat lain menggunakan ungkapan “yuwlijulLail”, timbal-balik dengan “yuwlijunNahar”.  Ada juga يغسي الليل النهار “yugsiy-allail-annahar”.

Perlu ditegaskan bahwa malam dan siang itu adalah situasi, kondisi, yang dialami belahan bumi secara bergantian. Bila belahan bumi yang di sebelah mengalami malam maka pada saat yang bersamaan belahan yang lain dalam keadaan siang. Begitu pula sebaliknya. Situasi dan kondisi itu bukanlah wujud benda. Jadi tidak perlu dipelintir maknanya seperti sorban tutup kepala. Selanjutnya matahari dan bulan keduanya bergerak sesuai dhahir ayat. Tidak ada masalah dan memang begitu. Tetapi dimana dhahir ayat tentang matahari keliling bumi??

 

DALIL-7:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya.” (QS Asy Syams: 1-2).
Makna (mengiringinya) adalah datang setelahnya, dan itu dalil yang menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi. Seandainya bumi yang berputar mengelilingi keduanya tidak akan bulan itu mengiringi matahari, akan tetapi kadang-kadang bulan mengelilingi matahari dan kadang matahari mengiringi bulan, karena matahari lebih tinggi daripada bulan. Dan untuk menyimpulkan ayat ini membutuhkan pengamatan.

TANGGAPAN-7 :

Ayat yang dimaksudkan sebagai berikut:

والشمس و ضحاها والقمر إذا تلاها. . . . .

Dhahir ayat benar adanya. Tidak perlu ditakwil atau dikomentari. Namun Peng-andai-an antum sudah terlalu jauh menyimpang. Wajar saja kalau ada hadist Nabi saw., melarang kita berandai-andai. Karena beresiko mempunyai tingkat kesalahan yang signifikan, mempengaruhi pandangan kita sendiri. Lalu antum berputar-putar dengan kalimat: seandainya bumi yang berputar mengelilingi keduanya tidak akan bulan itu mengiringi matahari,….  Peng-andai-an antum itu tidak pernah ada,  akan tetapi kadang-kadang bulan mengelilingi matahari dan kadang matahari mengiringi bulan, ini pemikiran yang lebih sesat lagi.

DALIL-8 :
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
(QS Yaa Siin: 37-40).
Penyandaran kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar / batas dari Dzat yang Maha Perkasa lagi Mengetahui menunjukkan bahwa itu adalah jalan yang haqiqi (sebenarnya) dengan kadar yang sempurna, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan siang malam dan batas-batas (waktu). Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan perpindahannya di garis edar tersebut. Kalau seandainya bumi yang berputar mengelilingi maka penetapan garis edar itu untuknya bukan untuk bulan. Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului siang menunjukkan pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan, malam, dan siang.

TANGGAPAN-8 :

Pada ayat 40 QS. Yasin[36}, sebagaimana terjemahan antum, dhahirnya ayat tertulis:

وكل فى فلك يـسـبـحـون

Terjemahan dari antum sudah betul menurut kami “Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”. Syukurlah antum tidak menambahkannya dengan kalimat: “….. dalam mengelilingi bumi”. Karena memang tidak begitu dhahir ayat tersebut. Dan rupanya menjadi kebiasaan antum menggunakan kalimat qiyas “andai”, seperti ini lagi:  Kalau se-andai-nya bumi yang berputar mengelilingi maka penetapan garis edar itu untuknya bukan untuk bulan. Sesungguhnya ayat-ayat yang antum kutip dari QS. Yasin tersebut adalah ayat-ayat yang berbicara tentang pergerakan masing-masing benda langit itu (matahari dan bulan) secara alamiyah, dengan penjelasan yang ilmiyah. Mengapa anda tidak membicarakan tentang terjadinya manzilah-manzilah bulan yang disinggung dalam ayat itu. Padahal disitulah intinya, bagaimana terjadinya kenampakan hilal itu. Dan kenapa ada manzilah-manzilah seperti terungkap dalam ayat tersebut. Apakah manzilah-manzilah itu bisa terjadi jika matahari bergerak mengelilingi bumi?? Coba antum buktikan dan jelaskan pula kedudukan manzilah itu berdasarkan dhahir ayat tersebut dengan perinsip bumi diam saja, tidak berotasi, dan mataharilah yang bergerak keliling bumi.

Demikian tanggapan terhadap dalil-dalil yang antum paparkan. Yang ditanggapi hanya dalil dari ayat alQur’an saja. Karena alQur’an itu mutlak kebenarannya, kita perlu mengambil peran turut serta menjaga keasliannya dari bentuk penafsiran yang keliru baik sengaja maupun tidak sengaja lantaran kurangnya alat pendukung dalam memahaminya.  Mengkaji makna ayat-ayat kauniyah tidak cukup dengan pengetahuan bahasa arab, apalagi secara redaksional belaka.  Karena alQur’an adalah bahasa wahyu. Firman atau kata-kata Allah Yang Maha Luas PengetahuanNya. Sekalipun diturunkan berbahasa arab, tetapi dalam memahami ayat-ayat seperti di atas, diperlukan tambahan pengetahuan, pengalaman dan wawasan. Selanjutnya mengenai Dalil-9, dan seterusnya tidak penting untuk ditanggapai. Karna kami yakin bahwa Nabiyullah Muhammad saw., tidak akan sembarang berucap, kecuali dikontrol oleh wahyu yang diwahyukan kepadanya. Kalau lafaz suatu hadist ngawur dalam masalah yang di bahas ini, maka kami yakin itu bukan dari Ucapan Nabi Muhammad saw.  Imam Bukhari, Muslim dan lainnya tetap mendapatkan satu pahala atas jerih payahnya dalam mengumpul dan mencatat hadist. 

 والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته

1 komentar:

buat anak kok coba coba mengatakan...

ayat ayat yang jadi kontroversi ini kan ayat ayat zhahir,,,, yang masih punya kemungkinan untuk di tafsirkan ke makna makna lain,,,namun intinya menurut ane itu hanya zhahir ayat itu ketika kita melihat dari bumi,,, bukan berarti matahari mengelilingi bumi. Itu hanya firman yang di kondisikan dalam ke ada'an real time nya nabi ibrahim menurut apa yang dia lihat,, gak ada yang salah,,,secara zhahir saja saya sudah mengerti,,kenapa harus di takwilkan ke makna yang aneh aneh,,,seumpama '' dia pun tegang melihatnya''. Kalo orang otak porno pasti ngeres menafsirkannya.